Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencoba Ikut Konferensi International Model United Nations: Why Not ? (Day 1)

29 Juli 2021   21:54 Diperbarui: 9 Agustus 2021   14:51 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Masa-masa sebagai mahasiswa semester 6 sudah resmi berakhir. Liburan panjang telah menanti di depan mata  Sejujurnya, saya tidak punya tujuan spesifik tentang apa yang akan dilakukan selama liburan ini. Ingin pergi berlibur tapi banyak penutupan (diperparah dengan adanya PPKM) di pinggir kota-kota. Pandemi memang belum sepenuhnya reda, bahkan cenderung menggila. Tidak ada pilihan lain selain di McD rumah saja.

Sumber : internationalmun.org
Sumber : internationalmun.org
Suatu hari, saya membuka-buka akun Instagram di hape yang Alhamdulillah baru (ehehe). Jempol kanan saya terlihat begitu cekatan menggulirkan layar hand phone ku, menelusuri setiap postingan demi postingan yang bejibun dan beraneka ragam itu. Lalu, jempol saya tiba-tiba berhenti pada suatu postingan yang terlihat menarik. Postingan itu berupa poster bertuliskan "IMUN Online Conference 65.0". Hmm... kira-kira ini acara apa ya ? begitu pikir saya.

Kemudian, saya jadi ingat ketika teman dan kakak tingkat saya kuliah menawari untuk mengikuti acara ini dulu. Saya sebenarnya sangat tertarik. Bisa jalan-jalan ke luar negeri, dapat teman dari berbagai negara, dan sederet pengalaman-pengalaman seru lainnya. Namun, saat itu saya agak skeptis, karena ternyata untuk ikut IMUN ternyata biayanya mahal (bisa mencapai jutaan rupiah). Bahkan kakak tingkat saya yang pernah ikut IMUN Conference 2019 waktu itu saja harus patungan dengan temannya. Itu pun per anak dikenai biaya sekitar 10 juta untuk akomodasi dan biaya hidup di sana selama kurang lebih 3 - 4 hari. Wow....Itu baru patungan bareng teman, apalagi kalau berangkat sendiri. Selain itu, saya juga masih belum percaya diri untuk ikut kegiatan semacam ini karena kemampuan speaking sangat dibutuhkan di acara ini. Hmm... speaking saya aja kadang masih amburadul kok hehehe.  

Sekedar info, IMUN adalah singkatan dari International Model United Nations. Acara ini memiliki konsep sedemikian rupa sehingga membuat pesertanya merasakan sensasi mengikuti Sidang PBB (United Nations) dan menjadi delegasi/diplomat suatu negara.  Semenjak pandemi, acara IMUN diselenggarakan secara daring. Setelah melihat postingan di Instagram yang saya temui tadi, saya semakin penasaran dan mencoba untuk berselancar di internet serta menghubungi salah satu panitia yang kebetulan menawarkan bantuannya di kolom komentar postingan tersebut. Lumayan hitung-hitung bisa mengisi waktu luang selama liburan semester 6. Singkat cerita, saya akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai peserta di acara ini dengan restu orang tua yang juga turut menyertai.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mendaftarkan diri di website IMUN (bisa dicek di www.internationalmun.org) untuk mengisi form data diri seperti nama, alamat email, nomor WhatsApp, tanggal lahir, dan sebagainya. Setelah mengisi form tersebut, saya diarahkan melakukan payment (pembayaran) melalui salah satu dari berbagai media pembayaran yang ditawarkan seperti PayPal atau transfer bank ke salah satu panitia (info ini aku dapatkan dari panitia yang kuhubungi melalui Instagram tadi). Biaya nya total sebesar USD 9 (sekitar Rp 145.000). Harganya jauh lebih murah dari IMUN yang pernah diikuti kating saya secara luring. Lha gimana ? Wong di IMUN Online ini kita cuma bondo/modal laptop sama jaringan internet aja kok. Jadi nggak perlu bayar tiket pesawat atau hotel (kecuali kalau kamu ngikutin acaranya sambil pergi liburan)

Setelah melakukan pembayaran, saya mendapat e-mail konfirmasi pembayaran dan diarahkan untuk memilih committee atau dewan organisasi PBB dan negara yang ingin kita wakili. Di situ terdapat beraneka ragam dewan PBB beserta topik yang bisa dipilih, seperti UNESCO, UNHRC, UNDP, dan masih banyak lagi. Saya memasang UNESCO sebagai pilihan pertama. Lalu, yang kedua saya memilih WHO dan pilihan ketiganya adalah UNHRC. Untuk negara di masing-masing pilihan, jujur saya agak lupa tetapi yang jelas saya menulis Indonesia sebagai preferensi negara, hehehe... 

Di hari selanjutnya, saya mendapat e-mail lagi dari panitia IMUN bahwa saya ditempatkan di UNESCO dan mewakili negara Jepang. Alhamdulillah, lumayan saya dapat committee pilihan pertama. Insya Allah cocok dengan bidang perkuliahan saya sekarang. Selain mendapatkan committee dan topik yang akan dibahas, saya juga dapat panduan belajar, aturan dalam konferensi beserta istilah-istilahnya, link Zoom untuk konferensinya, serta grup WhatsApp peserta konferensi.

Beberapa hari sebelum diadakannya konferensi, setiap peserta disarankan untuk membuat Position Paper. Hmm,, apa lagi itu, mas ? Nah... Position Paper adalah sebuah tulisan yang berisi tentang opini serta sikap kita sebagai perwakilan sebuah negara atas permasalahan yang diangkat di dalam konferensi. Tentu permasalahan yang dihadapi di setiap committee dalam konferensi ini berbeda-beda. UNESCO mengangkat tema "Ensuring quality education and Increasing Accessibility to E-Learning for Children" di konferensi kali ini. Jadi, sebagai perwakilan negara Jepang, saya berusaha untuk menggali informasi dan pengetahuan seputar isu dan permasalahan pendidikan di Jepang, kondisi pembelajaran di sana selama pandemi, bagaimana implementasi pembelajaran daring (E-Learning), kerjasama pendidikan pemerintah Jepang dengan PBB, dan sebagainya. Di waktu yang lumayan mepet itu sejak diumumkannya committee dan negara yang saya wakili, saya gunakan waktu itu untuk melakukan berbagai riset di internet.

Then, the D-Day is coming. Hari ini tanggal 10 Juli 2021 saatnya hari pertama konferensi IMUN Online. Pagi harinya saya habiskan untuk melakukan rutinitas pagi seperti biasa dan santai. Memasuki pukul 13.30 WIB, saya bersiap-siap untuk mengikuti konferensi. Saya siapkan laptop beserta platform Zoom dan juga berganti pakaian batik. Ya... outfit ala-ala diplomat gitu, hehehe... Pukul 14.00 WIB, konferensi dimulai. Rangkaian acara pertama yaitu MUN Training. MUN Training sesuai namanya adalah suatu sesi acara yang berisi latihan dan seminar singkat tentang apa itu International Model United Nations, sejarahnya, peraturan selama konferensi, dan tindakan apa saja yang bisa kita lakukan selaku delegasi dalam suatu konferensi/sidang.

Materi latihan dibawakan langsung oleh panitia IMUN dan di sini semua delegasi dari berbagai committee seperti WHO, UN Women, UNHRC, UNESCO, SOCHUM, dan sebagainya berkumpul menjadi satu di sesi ini. Sesi training berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Di sela-sela sesi training, saya mencatat beberapa hal penting dan mendengarkan penjelasan pemateri, walaupun kadang agak membosankan dan rawan ngantuk. Sambil sesekali saya menggeser room Zoom dan melihat delegasi negara lain (siapa tau ada yang cakep, muehehehehehe..).

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi
Ketika sesi tersebut berlangsung, saya berkenalan dengan seorang teman. Proses perkenalan saya dengan dia sebenarnya cukup unik. Semua berawal dari insiden missed call yang tiba-tiba masuk ke HP saya tanpa permisi. Nomornya sama sekali tidak saya kenal dan begitu diangkat, eh malah dimatikan. Awalnya saya agak cuek sampai ketika nggak ada angin dan nggak ada hujan, bel notifikasi WhatsApp saya berdentang nyaring. Di situ, tertulis pesan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun