Curug Cakra Wardana, Bebatuan Besar
dan Kolam Berundak-undak di Sela-sela Pegunungan
Oleh DJASEPUDIN
Meski mentari mulai menunjukkan jati diri, terlihat embun di dedaunan dan rerumputan. Begitu pekat aroma tanah yang masih basah. Kicau burung di punclut pepohonan saling bersahutan. Gemericik air dari sela-sela bebatuan sangat besar menambah suasana pagi di Curug Cakra Wardana.
Penat dengan rutinitas keseharian. Jenuh dengan objek wisata yang terlampau diada-adakan. Pilihan tepat adalah berkunjung ke hutan, lautan, atau pegunungan. Salah satu objek wisata yang menyajikan sensasi masih alami adalah kawasan wisata air dan gunung di ketinggian Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor.
Kecamatan Sukamakmur terletak di timur Bogor yang berbatasan dengan Kecamatan Klapanunggal, Tanjungsari, Cariu, Jonggol, Megamendung, Citeureup, Babakanmadang, dan Kabupaten Cianjur. Tanah di Sukamakmur masih hutan, kebun, dan pesawahan yang dikitari pegunungan dan perbukitan.
Karena banyak pepohonan sungguh beralasan di kawasan Sukamakmur banyak objek wisata yang mengandalkan keberadaan air. Selain hutan pinus, tempat wisata alami yang mulai dikenal masyarakat adalah Curug Arca, Curug Sagarahrang, Curug Kembar, Curug Leuwihjo, serta Curug Cakra Wardana.Â
Anda pilih yang mana? Akan lebih baik bila semua didatangi, dinikmati, dan berbagi keindahan kepada semua penghuni bumi.
Curug Cakra Wardana berada di Desa Cibadak Kecamatan Sukamakmur, hanya berjarak beberapa ratus meter dengan Curug Leuwihjo. Memang, air terjun di Curug Cakra Wardana tidak lebih dari empat meter. Akan tetapi, karena pendek itulah menjadi salah satu keunikan Curug Cakra Wardana ketimbang curug-curug lain di Nusantara.
Kepala Desa Cibadak yang juga pemilik Curug Cakra Wardana, Ulung Saputra, dibantu para penduduk setempat memperindah lingkungan curug dengan membuat kolam-kolam berundak di aliran sungai. Kedalaman kolam disesuaikan dengan usia seseorang. Jadi, anak balita hingga dewasa bisa merasakan air pegunungan yang tetap dingin meski mentari tepat di ubun-ubun. Anda bisa memilih, dasar kolam itu ada yang dilapisi ubin yang kasar agar anak kecil Anda tidak mudah terpeleset. Ada pula dasar kolam yang dibiarkan tetap seperti semula, Â Â dasar kolam tetap dilapisi pasir halus, tanah, dan kapur.
Persis seperti Curug Leuwihjo, aliran air di Curug Cakra Wardana pun nampak bening dan kehijauan. Ketika jatuh di curug, air terlihat putih, namun menjadi hijau tatkala mengumpul dalam satu lubuk yang dalam dan kolam buatan. Aliran air terlihat menjadi bening ketika menyusuri sela-sela bebatuan menuju wilayah yang lebih bawah. Tentu saja air berubah menjadi keruh ketika diobrak-abrik pengunjung yang perang air, berenang, sengaja tenggelam-timbul, hingga pengunjung yang loncat indah dengan gaya bebas dari bebatuan.
Aliran air Curug Cakra Wardana bersumber dari sungai, tepatnya susukan (selokan kecil), di sela-sela pegunungan yang bernama Cibeureum. Beberapa meter dari sungai Cibeureum ada sungai Cimntng. Aliran air Cimntng bertemu dengan sungai Cibeureum. Nah, pertemuan sungai Cibeureum dengan Cimntng itulah ditandai dengan dua batu sangat besar yang membentuk seperti bersilang. Menyakra. Maka, curug itu dinamai Curug Cakra Wardana. Nama Wardana diambila dari leluhur daerah setempat.
Menurut beberapa penduduk sekitar, di puncak batu yang besar atau di sekitar Curug Cakra Wardana pada malam-malam tertentu kerap didatangi para pengunjung dengan pelbagai kepentingan. Malah, di puncak batu yang sangat besar ditanami dua bunga dengan dua warna. Tentang hal ini, tidak ada penduduk yang menjelaskan terkait motif dari kehadiran bunga di puncak batu.
Untuk mengunjungi Curug Cakra Wardana ada banyak jalur yang bisa ditempuh. Bisa melaui Cileungsi menuju Jonggol, lalu berbelok ke kanan menuju Sukamakmur. Bisa melalui Sentul-Hambalang. Akan tetapi pilihan yang termudah, murah, dan jalan yang terbilang bagus mah lebih baik melalui jalur Citeureup.
Bila dari Jagorawi, keluarlah di pintu tol Citeureup. Lalu ambil jalan yang menuju Pasar Citeureup. Dari Pasar Citeureup ada Jalan Sabilillah. Di Jalan Sabilillah yang rutenya ke arah timur, Anda harus melintasi kawasan Lebakpasar, Tarikolot, Tajur, dan Leuwibilik. Nah, dari Leuwibilik Anda terus menyusuri jalan yang di kiri dan kanan dihiasai perkebunan dan gunung kapur yang menjulang. Setelah melewati Desa Pabuaran, Anda harus terus menuju Desa Cibadak. Ketika di Cibadak ada dua persimpangan. Ke kiri menuju Kecamatan Jonggol. Ke kanan menuju Curug Cakra Wardana, Curug Kembar, dan Curug Leuwihjo. Dari situ mah penanda arah terlihat jelas dan objek wisata yang dituju sudah sangat dekat.
Untuk menikmati Curug Cakra Wardana, ketika masuk gerbang Anda diminta mengeluarkan uang Rp. 5.000 untuk kendaraan bermotor. Sedangkan, ketika memasuki area wisata pengelola memungut tiket Rp. 15.000 untuk dua orang dewasa dan dua anak kecil. Bila ingin menginap di Curug Cakra Wardana pun disediakan villa lengkap dengan aula yang bisa menampung lebih dari 100 orang. Sayang sekali kesadaran pangunjung dalam menjaga kebersihan masih memprihatinkan. Hal itu diperparah dengan kondisi area wisata sangat minim menyediakan bak sampah sementara.
Bagi sebagian besar pengunjung, harga tiket Curug Cakra Wardana sangat terjangkau. Sebab, tidak lebih dari Rp 50.000 Anda sekeluarga sudah bisa menikmati keramahan penduduk sekitar, suasana pegunungan, udara nan segar, serta pesona Curug Cakra Wardana.
 Djasepudin, guru SMA Negeri 1 Cibinong Kab. Bogor.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI