Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia Negeri Palugada, Buat Apa Pindah Negara?

13 Oktober 2020   20:52 Diperbarui: 15 Oktober 2020   12:01 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cintallah Keindahan Indonesia (Dokpri)

Hidup itu memang sawang sinawang, selalu menganggap orang lain lebih enak hidupnya dari kita, demikian pula sebaliknya. 

Kita selalu memandang hidup di luar negeri jauh lebih baik dan lebih indah dari negeri sendiri. Sementara justru banyak orang luar malah ingin jadi WNI karena kepincut keindahan tanah air serta keramahtamahan warga dan keanekaragaman budaya kita.

Saya sendiri setelah melanglang buana keliling Indonesia dan beberapa negara lain, serta membandingkan kehidupan di luar negeri dengan di Indonesia, jadi lebih merasa bersyukur punya negeri seperti ini. Ada beberapa hal yang patut disyukuri hidup di Indonesia, antara lain:

Pertama, keindahan alam Indonesia tak ada duanya. Pantainya sangat indah, begitu pula pegunungannya. Pulau-pulaunya tersebar luas dan menyimpan aneka ragam flora dan fauna. Bandingkan misalnya dengan negeri lain yang hanya memiliki keindahan sepotong-sepotong. 

Ada yang hanya pantainya saja yang menarik, ada pula yang cuma gunungnya saja yang indah. Bahkan ada yang cuma berada di hamparan gurun yang gersang atau savana yang panas. Tak ada negeri lain yang selengkap Indonesia kekayaan dan keindahan alamnya.

Kedua, orangnya ramah-ramah dan tulus serta mau menolong sesama, walau mungkin saat pandemi ada sedikit pergeseran budaya. Kita pergi ke mana saja, hampir pasti ada saja orang yang mau menolong ketika terjadi sesuatu dalam perjalanan. 

Beberapa kali saya ditolong orang tak dikenal dalam perjalanan, seperti ketika mobil sempat menabrak gundukan batu dan ban pecah, ada saja mobil yang berhenti untuk memberikan pertolongan. Lalu ketika kaki saya terluka akibat tertusuk beling, ada saja orang mau mengantar ke rumah sakit.

Ketiga, kita bisa berjualan di mana saja dan kapan saja sepanjang tidak ada yang menegur atau melarang. Di luar negeri, kita tak bisa seenaknya menggelar dagangan di pinggir jalan. Bahkan kaki lima saja diatur tempatnya, tidak di sembarang tempat. 

Di saat krisis begini, hanya Indonesia yang perekonomiannya masih jalan karena ditopang oleh sektor kaki lima. Di negara-negara maju, bahkan di negara tetangga, ketika terjadi krisis tak bisa serta merta berjualan di pinggir jalan. Akhirnya banyak orang kelaparan dan bunuh diri karena frustasi tidak  ada pekerjaan dan tidak bisa pula berjualan sembarangan.

Keempat, semua urusan bisa dipermudah asal kenal dengan pihak yang berwenang atau bisa melalui pihak ketiga yang mengurusnya. Urus dokumen seperti KTP, KK, sertipikat tanah, akan lebih mudah kalau kita kenal dengan yang mengurusnya. 

Tidak ada yang tidak bisa diurus selama ada fulus walau katanya sudah online sekalipun. Semua bisa diatur asal tahu sama tahu dan saling pengertian satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun