Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hape, Sinyal, dan Pintar, Kunci Sukses Mudik Digital

16 Mei 2020   16:56 Diperbarui: 16 Mei 2020   17:07 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik Virtual (Sumber: holamigo.id)

Demi mengurangi penyebaran virus corona hingga ke kampung-kampung, pemerintah memberlakukan larangan mudik bagi warga yang berada di zona merah. 

Sebagai gantinya, mudik dilakukan secara digital dengan menggunakan berbagai aplikasi komunikasi yang tersedia. Namun bukan perkara mudah juga karena dibutuhkan kesiapan dua belah pihak atau lebih yang berkomunikasi untuk menciptakan mudik secara digital.

Ada tiga hal yang diperlukan untuk mendukung suksesnya mudik digital, apa saja sih?

Pertama, perangkat keras atau dengan kata lain hardware seperti hape.  Selain hape, bisa juga menggunakan tablet, laptop atau komputer PC yang terhubung dengan internet. 

Benar bahwa setiap orang pasti punya hape, namun tidak semua hape kompatibel dengan aplikasi yang digunakan. Apalagi buat orang tua yang ada di kampung, belum tentu hapenya secanggih kita-kita yang ada di kota dan belum tentu terinstal aplikasi komunikasinya. Biasanya sih WA sudah ada, namun belum tentu ada Google Duo atau Zoom atau Skype.

Kedua, sinyal atau jaringan beserta kuotanya alias perangkat lunaknya atau software. Di kota besar sinyal mungkin tidak jadi masalah, namun berbeda bila di kampung belum tentu semua wilayah ter-cover sinyal. 

Kadang harus merapat dulu ke BTS terdekat untuk mendapatkan sinyal yang jelas. Biasanya BTS berada di puncak bukit atau di tengah sawah yang luas sehingga sinyalnya mudah menyebar. Di hari lebaran sinyal juga kadang-kadang lelet karena banyaknya orang yang menggunakan hape dalam waktu yang  bersamaan.

Selain itu, butuh kuota besar untuk melakukan komunikasi virtual apalagi menggunakan mode video. Satu kali video call bisa menghabiskan kuota sekitar 500 MB - 1 GB, jadi harus diirit-irit bagi yang kuotanya terbatas. 

Untuk itu pembelian kuota perlu diubah menjadi unlimited dengan harga yang cukup mahal, di atas 100 Ribuan Rupiah. Kalaupun ada yang murah biasanya dijatah sampai 500 MB sehari, jadi praktis hanya sekali video call saja, selebihnya bakal lelet sinyalnya.

Kalau di perkotaan biasanya rumah tangga kelas menengah ke atas sudah dibekali sambungan TV kabel yang juga dilalui internet unlimited yang bisa di-share dalam satu anggota keluarga melalui perangkat wifi router. Namun di kampung belum semua terpasang jaringan TV kabel sehingga tetap saja harus menggunakan sinyal hape untuk berkomunikasi melalui internet. Jadi butuh kesiapan dua belah pihak agar mudik digital berjalan lancar.

Ketiga, pintar atau mampu menggunakan piranti keras dan lunak tersebut, dengan kata lain brainware. Banyak orang, terutama orang tua, yang punya hape canggih tapi tidak bisa memanfaatkannya. Percuma hape keren tapi cuma dipakai telpon dan SMS doank, paling mentok mengetik pesan di WA, tapi belum bisa video call secara grup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun