Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengenang Adu Jargon "Lebih Cepat Lebih Baik" vs "Lanjutkan!"

14 Januari 2019   12:34 Diperbarui: 14 Januari 2019   14:15 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Kontestan Pilpres 2009 (Sumber: inilah.com)

Dari pengamatan saya terhadap empat pilpres yang sudah (dan sedang akan) berlangsung, pilpres 2009 merupakan peristiwa yang paling berkesan. Mengapa? Karena pada pilpres tersebut tampak sekali adu program yang terangkum dalam dua jargon terkenal yaitu "Lebih Cepat Lebih Baik" yang diusung oleh JK -Wiranto melawan "Lanjutkan!!" yang disuarakan oleh petahana SBY yang berpasangan dengan Boediono. Sementara pasangan Megawati - Prabowo nyaris tak terdengar jargon

Dalam kampanye pilpres 2009, SBY -Boediono lebih banyak menonjolkan keberhasilan program lima tahun sebelumnya yang populer  seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang kehadirannya sangat-sangat ditunggu masyarakat karena dampaknya terasa langsung dapat digunakan, Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang juga mampu meringankan beban biaya kesehatan masyarakat kurang mampu, serta Raskin atau Beras Miskin untuk menjaga ketahanan pangan. Jargon "Lanjutkan!" dimaksudkan untuk melanjutkan keberhasilan program-program populer tersebut, disamping program lainnya yang terangkum dalam 15 program unggulan.

Sementara pasangan JK-Wiranto atau dikenal dengan JK-Win lebih menitikberatkan pada pengembangan ekonomi yang berdaulat dan mandiri, salah satunya dengan meluncurkan program MAMPU (Modal Usaha Mandiri Untuk Pemuda) agar generasi muda mau berwirausaha secara mandiri. 

Jargon "Lebih Cepat Lebih Baik" sendiri secara tidak sengaja diungkapkan JK saat berpidato di Makassar saat berkampanye, maksudnya agar bangsa Indonesia lebih cepat untuk mengejar ketertinggalannya dari bangsa lain dan bisa lebih baik dari kondisi sekarang ini yang masih banyak kekurangannya.

Kedua jargon tersebut saling beradu dalam debat capres diiringi dengan adu program yang ditampilkan secara apik oleh kedua pasangan tersebut. SBY tampak selalu mengepalkan tangan sambil berteriak lantang "Lanjutkan!!", ditimpali oleh JK yang selalu menyelipkan ungkapan "Lebih Cepat Lebih Baik" setiap mengakhiri paparan programnya. Sementara pasangan ketiga Mega-Prabowo seperti tenggelam oleh riuh rendah kedua jargon tersebut karena bunyi jargon Mega Pro Rakyat tidak populer dan mengena langsung di hati rakyat.

Dalam debat yang disiarkan secara langsung oleh televisi swasta saat itu, nyaris tidak ada saling bully yang berlebihan karena setiap pasangan fokus kepada program yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Paling mentok cuma saling sindir yang masih tergolong santun dan berkelas, tidak seperti saat ini yang sudah menjurus pada ad hominem alias pembunuhan karakter masing-masing calon. 

Saya sendiri, walau sudah lupa materi pokok debat saat itu, termasuk antusias dan nyaris tak melewatkan acara debat yang dipandu antara lain oleh Anies Baswedan dan Ira Koesno tersebut. Perdebatan berlangsung seru terutama antara dua capres yang masih menjabat berpasangan pada waktu itu, sementara satu pasangan lainnya tampak hanya sebagai penonton yang menikmati adu program kedua pesaingnya. SBY tampak selalu tegang saat memulai debat, sementara JK terlihat penuh semangat, yang ditanggapi Bu Mega dengan senyumnya yang dingin.

Sayangnya, debat pilpres kali ini tidak disertai dengan jargon yang populer seperti pilpres 2009 lalu. Kedua pasangan beserta para pendukungnya lebih banyak saling berbalas pantun alias sindiran daripada menampilkan program yang sudah ada. Petahana lebih sibuk mengkonter aroma ketakutan yang dilancarkan oleh penantang ketimbang fokus pada program lanjutan yang akan dikerjakan. Sementara penantang lebih senang menakut-nakuti rakyat apabila petahana masih bertahan, daripada menjelaskan program apa yang akan ditawarkan bila terpilih nanti.

Jujur saja, saya kurang antusias menanti debat pilpres yang akan berlangsung hari Kamis 17/01/2019 nanti, karena tidak ada jargon yang dapat memberikan semangat kepada para pendukungnya. Apalagi materi debat sudah terlebih dahulu dibocorkan sehingga dikhawatirkan bakal menjadi debat kusir yang tiada ujung. Ibaratnya pertandingan sudah tidak seru lagi karena masing-masing pihak sudah mengetahui apa yang bakal diperdebatkan.

Saya hanya khawatir hasil perdebatan tersebut justru memperuncing situasi yang sudah semakin keruh hingga sampai kuburanpun harus dipindahkan gara-gara berbeda pilihan. Moderator debat harus mampu meredakan ketegangan bila tak ingin suasana semakin panas yang dapat merembet ke dunia nyata. Mumpung masih tiga hari lagi, sebaiknya masing-masing calon mengajukan jargon yang tepat dan enak didengar sehingga dapat menggairahkan kembali masa kampanye yang semakin suram karena dipenuhi oleh hujatan dan hoaks.

Semoga aroma pilpres 2009 bangkit kembali pada pilpres 2019 ini, jangan lagi mengedepankan hoaks dan makian, berganti menjadi jargon yang mencerahkan publik. Selamat berdebat bagi kedua pasangan dengan tetap mematuhi tata krama dan etika yang berlaku. Pilpres 2009 dapat menjadi contoh baik bagaimana berdebat dan berkampanye sehat tanpa harus saling membenci secara berlebihan.

Sumber berita:

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/06/090629_visipresident.shtml

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20140901142815-20-2173/tiga-program-populer-sby-boediono

https://www.liputan6.com/news/read/235168/jk-wiranto-luncurkan-program-mampu

https://news.detik.com/pemilu/1129611/jk-lebih-cepat-lebih-baik-itu-fastabiqul-khairat

https://news.okezone.com/read/2010/01/08/339/292308/jk-buka-rahasia-jargon-lebih-cepat-lebih-baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun