Setelah mampir sebentar untuk makan malam di warung khas Jatim di Atambua, perjalanan dilanjutkan menuju So'e untuk menginap di sana. Kabut tebal mulai menutupi jalan terutama selepas kota Kefamenanu menuju Niki-Niki yang merupakan titik tengah pulau Timor bagian barat, bahkan semakin tebal menjelang masuk ke kota So'e. Karena hari semakin gelap dan kabut semakin tebal, kami putuskan untuk menginap disini dan melanjutkan perjalanan esok hari. Kota So'e sendiri merupakan kota tertinggi di Pulau Timor, suhunya pada malam hari cukup dingin sekitar 16-18 derajat, sementara siang harinya agak panas menyengat namun tak berkeringat seperti cuaca di kota Bandung.
[caption id="attachment_371098" align="aligncenter" width="314" caption="Jalan Mulus Melintasi Persawahan (Kolpri)"]

Pagi harinya perjalanan dilanjutkan menuju pantai Kolbano yang merupakan salah satu ikon wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Perjalanan panjang sekitar 80 Km melalui persawahan dan rawa-rawa sebelum tiba di pantai. Pemandangannya sangat indah karena masih alami dan relatif belum banyak dijamah oleh manusia. Hanya jalannya sedang diperbaiki dan beberapa jembatan masih beralaskan batang kelapa sehingga harus bergantian untuk menyeberang. Dua jam perjalanan tibalah kami di pantai Kolbano dan langsung terasa deburan angin dan ombak bersatu padu menerpa wajah. Pantainya sendiri relatif unik karena lapisan atasnya merupakan batu-batuan hias seperti banyak dijual bersama tanaman. Batunya sendiri berwarna warni dan alami bukan menggunakan pewarna. Di salah satu sudutnya terdapat batu besar setinggi hampir 100 meter yang dapat didaki. Sayangnya kita tidak bisa berenang di pantai ini karena langsung menuju laut dalam Laut Timor yang berbatasan langsung dengan Australia. Lagi-lagi kondisi pantai seperti tidak terawat dan agak kotor, padahal bila dikelola dengan profesional pemandangannya sangat indah dan layak jual.
[caption id="attachment_371100" align="aligncenter" width="314" caption="Pantai Kolbano (Kolpri)"]

[caption id="attachment_371101" align="aligncenter" width="314" caption="Warna Warni Batu Kolbano (Kolpri)"]

Puas berfoto-foto dan menikmati deburan ombak yang kencang dari arah laut, kami lanjutkan perjalanan kembali ke Kota Kupang. Di tengah perjalanan sekitar 10 km dari pantai Kolbano, kami berhenti sejenak karena rupanya terdapat pantai yang lebih landai dan dipenuhi oleh pohon kelapa sehingga tampak lebih rindang dari Kolbano. Di sini kondisinya masih relatif perawan karena sepertinya jarang dilalui orang. Setelah itu perjalanan diteruskan hingga tiba di Kota Kupang sekitar pukul 16.00 sore. Selama perjalanan, yang agak sulit adalah mencari bahan bakar baik bensin untuk kendaraan bermotor maupun perut kita sendiri. Rumah makan hanya terdapat di kota-kota tertentu saja, seperti Atambua, Kefamenanu, So'e, dan Niki-Niki. Sementara dari So'e hingga Kolbano hampir tidak ditemukan rumah makan sehingga harus membawa bekal sendiri agar tidak kelaparan. Tak lupa sebelum tiba di Kupang, kami membeli alpukat khas So'e yang terkenal dengan sebutan alpukat madu.
[caption id="attachment_371102" align="aligncenter" width="314" caption="Rayuan Pohon Kelapa (Kolpri)"]

Sebenarnya masih banyak obyek wisata lain yang harus dikunjungi, namun karena sempitnya waktu mengingat hari Senin harus bekerja lagi, terpaksa kami tunda kunjungan ke lokasi lainnya. Lain waktu akan saya ceritakan kembali beberapa lokasi wisata di pulau Timor yang tak kalah indah dibanding wilayah lainnya di Indonesia.
[caption id="attachment_371103" align="aligncenter" width="314" caption="Sepinya Jalan Membuat Sapi Mudah Melintas (Kolpri)"]

Keterangan: Seluruh foto merupakan karya pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI