Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dahlia, Kisah Nyata di Balik Stigma Kupu-Kupu Malam Sarkem

23 September 2025   08:10 Diperbarui: 23 September 2025   16:22 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senyum tulus yang menggugah kesadaranku akan empati. (Foto: Lesly Juarez/Unsplash)

Mendengar kisahnya, aku tak kuasa menahan tangis. Semua kata-kata terasa tak cukup, hingga akhirnya hanya sebuah pelukan yang mampu kuberikan—pelukan sederhana, tetapi nyata.

Meski begitu, ada satu harapan yang terus ia simpan: bisa tinggal bersama salah satu adiknya suatu hari nanti, meninggalkan dunia malam yang melelahkan. Sayangnya, harapan itu belum pernah benar-benar berlabuh.

Jejak yang Tak Terhapus

Pertemuanku dengan Dahlia hanyalah sekejap. Aku tak punya ponsel untuk menjaga sapa, pun tak cukup berani untuk kembali. Jadilah pertemuan itu sebagai awal sekaligus akhir. Singkat, tetapi meninggalkan gema yang tak lekang.

Dari Dahlia, aku belajar: setiap orang membawa kisah yang hanya ia sendiri yang tahu penuh. Kita, yang sekadar singgah di tepinya, sering kali hanya bisa menatap tanpa benar-benar mengerti.

Tidak untuk menilai, apalagi menghakimi—cukup untuk mendengar, meresapi, dan, bila beruntung, memahami secuil maknanya.

Dahlia telah selesai dengan dirinya. Ia menemukan damai di jalan pengorbanan, menerima kerasnya dunia dengan lapang dada, lalu menyalurkan kasihnya bagi adik-adik yang ia lindungi.

Dari ketulusan itu, aku menangkap pelajaran yang menancap dalam: bahwa bahagia sejati tak selalu lahir dari apa yang kita genggam untuk diri, melainkan dari apa yang rela kita lepaskan untuk orang lain.

Sejak itu, aku belajar menatap manusia dengan empati, bukan stigma. Belajar percaya bahwa di balik senyum sederhana bisa bersemayam cerita panjang yang tak pernah terucap.

Kekuatan sejati acap kali bersembunyi di tempat yang tak kita duga—dalam pengorbanan tanpa pamrih, dalam ketulusan yang tanpa tanda jasa, dalam hati yang sabar menanggung sunyi.

Epilog

Dahlia, namamu mungkin tak pernah tercatat di buku sejarah, tetapi aku yakin kisahmu menetap di hati orang-orang yang pernah mengenalmu. Meski hidup di jalan yang penuh luka, engkau tetap memilih memberi cahaya bagi orang lain.

Jika suatu hari kisahmu dibaca kembali, semoga orang mengingatmu bukan sebagai "kupu-kupu malam", melainkan sebagai seorang kakak yang rela kehilangan dirinya demi melihat adik-adiknya tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun