Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Say No" Apapun pada Bentuk Perubahan Khilafah dan Radikalisme

3 Maret 2024   13:07 Diperbarui: 3 Maret 2024   13:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Pancasila - jalandamai.org

Organisasi HTI telah dibubarkan pemerintah sejak 2017 lalu. Namun ideologi ini tidak serta merta hilang, karena masih banyak para simpatisannya, yang meyakini ideologi menyesatkan tersebut. Karena itulah, HTI terus melakukan transformasi, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada. Mareka terus melakukan perekrutan ke para generasi muda. Baik itu secara online ataupun offline. Dan salah satu yang dilakukan belakangan adalah melalui komunitas Royatul Islam, atau yang disingkat Karim. Komunitas ini dibentuk pada 2017 oleh eksponen HTI itu sendiri.

Komunitas ini menyasar remaja dan anak muda antara sekolah menengah pertama dan menengah atas serta organisasi kepemudaan seperti remaja mesjid. Komunitas ini masuk melalui kegiatan rohis atau keagamaan. Mulai dari Jakarta, Banten, Tangerang dan sejumlah kota di Jawa Timur dan banyak wilayah di Indonesia menjadi wilayah sebaran Karim. Sama seperti organisasi yang membentuknya, Karim kerap membawa bendera hitam atau putih bertuliskan dua kalimat syahadat yang diklaim sebagai roya aka bendera Rasulullah SAW.      

Di level mahasiswa, HTI mempunyai organisasi sayap, yaitu Gema Pembebasan, satu-satunya organisasi pengusung khilafah dengan jaringan nasional. Organisasi yang telah ada sejak tahun 2004, hampir selalu ada di kampus-kampus ternama (UI, UGM, ITB, IPB, UNDIP, Brawijaya, UNAIR, dll). Gema Pembebasan tetap aktif menyebarkan ideologi khilafah di kampus-kampus meski HTI dibubarkan.

Mahasiswa jurusan teknik, kedokteran, dan jurusan-jurusan favorit dari kampus-kampus ternama menjadi sasaran utama indoktrinasi dan kaderisasi organisasi tersebut. Lebih spesifik mereka mengkader mahasiswa cerdas dari kalangan berada. Semakin sulit untuk mencegah penyebaran ideologi khilafah di kampus-kampus karena mendapat dukungan dari sejumlah oknum dosen yang menjadi simpatisan.

Sekali lagi, mewaspadai reinkarnasi HTI sangat penting dilakukan. Memahami kamuflase HTI juga penting. Semuanya itu merupakan bagian dari tindakan pencegahan. Karena provokasi yang mereka lakukan tidak pernah berhenti, meski organisasinya telah dibubarkan pemerintah. Bahkan di tahun politik seperti sekarang ini, mereka juga sering mendompleng untuk membuat kegaduhan baru.

Dan solusi yang mereka tawarkan pun sebenarnya solusi usang, yang tak jaruh dari khilafah. Padahal kita tahu, khilafah merupakan konsep usang yang tidak relevan dengan kemajemukan Indonesia. Bahkan ideologi ini pun juga dibuang dari negara asalnya di Timur Tengah.

Saat ini berbagai reinkarnasi terus mereka lakukan. Bahkan mereka juga telah menciptakan jargon-jargon yang tak jaruh dari anak muda. Hal ini mereka lakukan agar konsep khilafah itu bisa dengan mudah diterima. Salah satunya adalah gaya hidup hijrah. Mereka juga menciptakan hal tersebut untuk memudahkan memasukkan propaganda radikalisme, yang dibalut dengan sentimen keagamaan.

Mari kita introspeksi. Mari kita berhati-hati. Dan mari kita bekali diri dengan literasi, agar bisa mengerti, memahami dan bertindak, terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan radikalisme, khilafah dan intoleransi. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun