Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita dan Tantangan Toleransi

16 Desember 2023   13:11 Diperbarui: 16 Desember 2023   13:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal Desember lalu, kelompok ISIS mengaku bertanggun jawab atas aksi pengeboman pada saat misa Katolik di sebuah kampus di kota Marawi , Filipina. Aksi terorisme ini menewaskan 4 orang dan melukai 50 orang di sekitanya (yang mungkin juga non Katolik).

Marawi adalah salahsatu kota di selatan Filipina yang punya mayoritas penduduk muslim  dan dikuasai oleh kelompok militan Islam sejak tahun 2017. Filipina Selatan memang sering dilanda aksi terorisme. Wilayah ini bahkan jadi pilihan kedua setelah Afganistan untuk melancarkan aksi-aksi teror di luar Indonesia.

Yang menyedihkan adalah, beberapa jejak digital menyebut bahwa beberapa orang Indonesia menyatakan gembira (mengapresiasi) serangan tersebut. Mereka menganggap bahwa peledakan itu tepat sasaran karena berhasil menewaskan orang-orang 'kafir' yang mengganggu realisasi syariat Islam di Filipina. Narasi-narasi tersebut banyak disukai dan sempat dibagikan oleh beberapa akun lain.

Ini sebuah reaksi yang sama sekali tidak kita harapkan. Apapun bentuk dan alasannya, serangan terorisme adalah serangan yang yang melangggar batas kemanusiaan. Kemanusiaan adalah hal yang bersifat universal dan sama untuk di seluruh dunia. Semua negara di dunia menentang aksi terorisme apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang. Kita tahu, aksi terorisme menara kembar WTC yang lebih dikenal sebagai black september yang merupakan aksi terorisme terdahsyat dalam sejarah dunia, dikutuk oleh masyarakat dunia.

Terlebih jika kita memakai standar filosofi negara kita yang bernama Pancasila, yang menekankan nilai-nilai keberagaman sebagai warga Nusantara (Indonesia) maka aksi itu akan menjadi negasi (berlawanan) dari filosofi kita. Jika setuju dengan tindakan para terorisme itu sejatinya kita tidak punya empati terhadap pihak lain yang berbeda.

Inilah tantangan kita kini yaitu bagaimana kita bisa bertoleransi dengan baik. Ideologi transnasional yang mengedepankan intoleransi dan kemudian mengarah ke radikalisme dan terorisme memang hal yang harus kita lawan bersama. Bagaimanapun Pancasila dalah filosofi bangsa kita dan itu terbaik bagi kita yang ditakdirkan berbeda. Meski merupakan keyakinan mayoritas, kita tidak bisa memaksakan yang berbeda itu sama dengan mayoritas. Apalagi rentang geografis dan histori yang beragam membuat kita harus menghargai bahkan saling melindungi  terhadap yang berbeda.

Ini memang merupakan tantangan kita semua dan bagaimanapun kita harus bisa mewujudkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun