Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepercayaan Itu Menguatkan

23 Oktober 2020   08:01 Diperbarui: 23 Oktober 2020   15:20 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari ini Amerika Serikat (AS) begitu menyedot perhatian dunia. Kenapa?

Bukan saja soal penderita Covid-19 yang mencapai 8,42 juta kasus di AS dibandingkan dengan 41,5 juta kasus di dunia. Artinya penderita Covid-19 di AS adalah seperlima kasus di dunia. Ini merupakan fenomena yang mengejutkan dan bukti bahwa sekelas negara adidaya seperti AS tidak mampu  menghalau pandemic yang memang menjadi musuh di banyak negara itu.

Sebaliknya, negara Selandia Baru mengelola pandemic Covid-19 ini dengan baik. Pemerintah di sana memberika regulasi yang membuat pandemic itu tidak menyebar dengan massif.  Hasilnya? Penderita Covid 19 di sana 'hanya' mencapai 1.914 dengan penambangan tak lebih dari 0-2 orang tiap harinya.

Dari ilustrasi diatas bisa didapat adalah pengelolaan pandemic Covid-19 bisa baik dan sangat baik, jika pemerintah kredibel. Pemerintah yang baik bisa dipercaya rakyatnya untuk masa yang panjang.

Sebaliknya bagaimana jika rakyat tidak bisa lagi menaruh kepercayaannya pada masyarakat? ini yang setidaknya nampak pada rakyat  AS akhir-akhir ini dimana ketidakpercayaan ini ditujukan kepada pemerintah. Padahal motto AS adalah 'In God We Trust', sehingga sebenarnya pemerintah yang juga pilihan rakyat, yang merepresentasikan pilihan Tuhan seharusnya bisa melakukan hal terbaik bagi rakyatnya.

Namun yang terjadi adalah hanya sepertiga orang AS yang mempercayai pemerintah mereka. Begitu juga trend masyarakat AS dalam memercayai media dan beberapa institusi yang juga turun drastic. 

Sebuah institusi riset yang bernama Edelman yang selama 18 tahun telah menanyakan kepada orang-orang di seluruh dunia soal kepercayaan rakyat kepada pemerintahnya, menyatakan bahwa belum pernah mencatat penurunan yang sedemikian buruk atas pemerintah AS yang bekerja bagi rakyatnya. Anehnya fenomena ini terjadi saat kemakmuran dengan pasar saham dan tingkat pekerjaan mencapai rekor tertingginya.

Akar dari persoalan ini menurut Edelman yang menganalisa fenomena itu adalah karena berita-berita fakenews dan hoaks yang menerpa masyarakt nyaris selama lima tahun ini sejak kampanye Trump dan Hillary lima tahun lalu. Mereka menyatakan bahwa pemerintah AS sendiri melakukan pembusukan kebenaran akibat dari polarisasi politik dan media sosial yang terlalu massi. 

Karena polarisasi politik dan media sosial ini rakyat AS fanatic terhadap kelompok yang diyakini benar dan membenci kelompok lain degan sangat. Di luar dua kelompok itu --rakyat yang netral-- merasa tidak tahu lagi mana yang bisa dipercaya.

Anehnya, meski AS mengalami kejatuhan kepercayaan dari rakyatnya, beberapa negara lain malah mengalami sebaliknya. Ini didapat karena pihak Edelman mensurvey sekitar 28 negara. 

Negara-negara yang mengalami peningkatan kepercayaan dari masyarakatnya antara lain Afrika Selatan, Italia, Brasil dan China dimana tingkat kepercayaan masyakat kepada pemerintah mencapai 84% dan ini adalah angka yang sangat tinggi. Indonesia, termasuk India dan Singapura bahkan Uni Emirat Arab juga mengalami peningkatan kepercayaan dari rakyatnya meski peningkatannya tidak sebesar China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun