Mohon tunggu...
Dita Nurwijaya
Dita Nurwijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Bersikap Lebih Dewasa dari Usianya, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

4 Desember 2019   08:13 Diperbarui: 4 Desember 2019   08:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak-anak yang memiliki sikap lebih dewasa dari usianya dan teman-temanya dapat dikarenakan terlalu sering mendapat pujian dari orang-orang di lingkungan sekitarnya. Anak-anak seperti ini biasa melakukan hal yang sebelum diminta sudah ia lakukan terlebih dahulu. Setiap anak memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai mengapa anak bersikap lebih dewasa dari usinya dan anak-anak lainnya.

Merindukan kasih sayang orang tua dapat menjadi penyebab anak bersikap lebih dewasa. Kebutuhan atas perhatian orang tua kepada anak yang belum terpenuhi dapat menjadi penyebabnya, anak tidak menunjukkan sikap ingin diberi perhatian dengan tantrum, menangis atau yang lainnya, tetapi anak menunjukkannya dengan sikap yang lebih dewasa agar mendapatkan pujian. Ketika mendapatkan pujijan anak akan merasa terpenuhi atas kekurangan dari perhatiannya itu. Ketika anak sudah mulai menunjukkan sikapnya yang lebih dewasa secara berulang-ulang dan keterusan, coba telusuri apakah sikap anak hanya untuk menarik perhatian orang tua atau sudah menjadi penyimpangan sikap.

Pujian yang dirindukan oleh anak. Terkadang orang tua tak menyadari dan merasa bangga ketika mendengar si kecil bersikap lebih dewasa yang memperkuat pemikiran anak untuk menunjukkan sikap yang lebih dewasa. Contohnya dengan ucapan "ayah senang, adik sudah bisa makan sendiri dan mau mencuci tangan sendiri" dengan ucapan tersebut anak akan merasa bingung. Karena ketika anak menyadari bahwa dengan sikap yang lebih dewasa, orang tua akan menyukai si anak. Akan tetapi dengan seperti itu anak tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan jujur, yang seharusnya anak dapat menunjukkan sikap menangis, merengek, tantrum atau yang lainnya untuk mendapatkan perhatian orang tua. Anak bisa saja merasa hampa dengan terus-terusan menunjukkan sikapnya itu walaupun anak sudah merasa pemenuhan diri namun sebenarnya tidak. Karena itu semua bagian adalah efek dari bagian tingkah lakunya dan keinginan anak yang belum terpenuhi.

Anak yang mampu membaca situasi dengan baik biasanya akan bersikap lebih dewasa. Anak yang mampu membaca kondisi ibunya dengan baik akan dengan sigap mengontrol keinginan dan perasaannya sendiri dan anak akan menunjukkan sikap yang baik saja atau yang dapat mengubah kondisi ibunya jadi membaik agar anak mendapat pujian dari ibunya. Sikap dan ketidak konsistenan pola asuh kepada anak dapat juga sebagai penyebabnya.

Ketika orang tua marah dalam menyikapi perilaku anak, jelaskan apa apa alasannya orang tua marah, tidak membiarkan anak untuk bertanya-tanya dalam pikirannya. Dengan tidak dijelaskan anak akan berusaha mengendalikan dirinya supaya tidak dimarahi dan mengendalikan sikapnya yang sebenarnya bukan dirinya. Bisa jadi sebagai orang tua tidak melihat situasi anak, contohnya anak sudah mengekspresikan keinginannya, tetapi orang tua mengabaikan, yang sebenarnya ekspresi tadi adalah sebuah kebutuhan anak . karna orang tua tidak peka dan anak merasa bahwa esoknya harus hati-hati ketika meminta pertolongan atau mengungkapkan keinginannya. Seiring berjalannya waktu anak seperti anak terbentuk sikap dewasanya sebelum usianya.

Bahkan anak dapat bersikap nantinya berperan sebagai pelindung orang tua, yang sebernya adalah pendewasaan palsu bagi anak untuk melindungi dirinya sendiri. Anak-anak tetaplah anak-anak, berikan pola asuh yang sesuai dan biarkan anak sehat dan tumbuh selayaknya anak-anak.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengasuh anak-anak yang bersikap dewasa sebelum waktunya yaitu :

  • Sering menujukkan kasih sayang kepada anak, dan jangan malu untuk menunjukkannya terutama sebagai ayah.
  • Jangan memberikan pujian kepada anak bahwa dirinya sudah "besar/dewasa" jika itu tidak sesuai dengan diri anak.
  • Memberikan pola asuh yang konsisten pada anak agar anak dapat bertahan dan mampu menunjukkan sikap atau ekspresinya.
  • Tidak memberikan tanggung jawab anak yang berlebih. Untuk melatih anak memiliki tanggung jawab yang baik perlu, tapi jangan berlebihan.
  • Menjadi pendengar yang baik untuk anak. Mendengarkan apa yang diinginkan oleh anak diiringi dengan memberikan perhatian dan pengertian.9

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun