Hubungan sosial tergantung pada penyesuaian timbal balik antara perilaku tersebut. Namka (Rashid, 2010) mengamati bahwa bersosialisasi adalah kemampuan manusia untuk berhubungan positif dengan orang-orang dalam masyarakat. Cara yang digunakan untuk bersosialisasi sesuai dengan usianya dan dapat diketahui bahwa manusia juga makhluk social.
Menurut Johnson (1993), keterampilan komunikasi interpersonal merupakan keseluruhan kemampuan seseorang yang digunakan untuk berinteraksi atau berhubungan secara efektif dengan orang lain. Combs & Slaby (Gimpel dan Merrel,1998), keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan di saat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain.
Kenapa anak sangat penting dalam keterampilan beroaialisasi? Karena anak akan menjalani interaksi ini secara menerus untuk kedepannya dan menjadi ajang untuk bereksplorasi anak. Terbayang jika anak tidak bisa menjalin hubungan interaksi dengan lingkungannya dengan baik, maka anak akan merasa minder, tidak punya teman, penyenderi atau bahkan menjadi korban bullying.
Untuk mengembangkan keterampilan social anak ada beberapa factor, yakni kondisi: dimana kondisi emosional dan kognitif anak mempengaruhi keterampilan social anak, interaksi siswa: dimana siswa berinteraksidengan lingkungannya yang menjadi proses sosialisasinya dengan orang disekitar dan dididik oleh orangtua langsung yang memiliki standart perilaku dan keterampilan yang sesuai dengan tempat dan peraturan didalam masyarakat sekitarnya.
Mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan baik juga dapat dengan memahami diri sendiri, paham dengan apa yang dimaksud emosi, empati, simpati, saling berbagi, negosiasi (dalam artian dapat mengungkapkan pendapat, atau memecahkan suatu masalah, dll), menolong, kerja sama dan bersaing (keterampilan untuk menghadapi tantangan). Factor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup beasr untuk perkembangan keterampilan social anak.
