Meskipun ternyata jarak antara pos 2 ke 1 teramat jauh, tetapi semangatku masih berkobar untuk menyusul Jazil. Di setiap belokan ku berhenti sesekali untuk minum dan menikmati pemandangan hijaunya perbukitan.
Pendakian ini seolah-olah ku bayangkan seperti bermain game. Ketika bisa melewati temanku yang duluan, disitulah tandanya aku naik posisi di atas mereka. Sesampai di Pos 1, Aku menyalip temanku yang di posisi ketiga, rasanya semakin tertantang ketika hawa dingin puncak sudah berasa. Ku semangit diriku dengan kata-kata " Ayo 5 menit lagi sampai puncak !!" suara batinku.
Jarak antara Pos 1 dengan Puncak tidak begitu jauh namun capeknya berasa karena tangganya sangat tegak. Di belokkan terakhir aku sudah melihat Jazil yang berada di posisi kedua dan menjadi Top One Women. Rasanya sangat puas dengan pecapaian pendakian pertama kalinya ini.
Sampai di atas kita beristirahat dan mulai disusul teman-teman yang lain. Tapi ternyata menunggu Pak Mahfud sangatlah lama, banyak teman-teman yang mulai bosan dan memilih untuk turun tidak menunggu beliau.
Tetapi tidak untuk Aku, sembari menunggu Pak Mahfud aku menikmati pemandangan alam yang ada disana, meskipun ada rasa kecewa karena Gunung Merapi tak menampakkan kegagahannya karena tertutup kabut.
Setelah badan mulai tidak berkeringat, aku pun menuju tampungan air untuk wudhu. Airnya sangat dingin dan segar, banyak teman-teman yang mengambilnya untuk mengisi ulang botol minumnya.
Waktu bersamaan dengan beberapa peziarah yang sedang berdoa disana. Setelah mereka selesai, rombongan kita mulai sholat dhuhur secara bergantian, karena yang bawa mukena hanya beberapa saja.
Selang beberapa saat setelah kita Sholat, Pak Mahfud pun sampai dengan teman-teman yang juga dibelakang. Beliau lalu mengambil wudhu dan sholat jamaah dhuhur dengan teman-teman yang belum sholat.
Setelah selesai sholat, kita berkumpul mengelilingi Maqom Syekh Jumadil Qubro. Pak Mahfud menjelaskan sedikit tentang siapa Syekh Jumadil Qubro dan sejarahnya, setelah itu kita berdoa dan bersholawat bersama. Tak lupa diakhir kita foto bersama sebagai kenang-kenangan yang tak mudah dilupakan.
Meskipun kaki terasa lelah dan gemetar setelah naik turun 1.743 anak tangga, semua rasa penat itu seolah terhapus oleh hangatnya kebersamaan dan keseruan yang kami dapatkan sepanjang perjalanan. Canda tawa, semangat saling menyemangati, serta momen spiritual yang mendalam membuat pendakian ini jauh lebih dari sekadar perjalanan fisik. Ini adalah pengalaman mendaki pertama yang takkan pernah terlupakan, bukan hanya karena tantangannya, tapi karena ikatan yang terjalin dan pelajaran hidup yang kami bawa pulang dari Bukit Turgo.