Dari hasil debat pertama kita dapat mengambil kesimpulan satu hal dari para Cawapres kita, bahwa diam saja tidak cukup apalagi dalam sebuah perdebatan. Debat pilpres pertama kemarin banyak pihak yang menyayangkan dan juga merasa geregetan dengan sikap irit bicara yang dilakukan Cawapres Maruf Amin. Setelah dua sesi perdebatan dan tanya jawab, Cawapres nomor urut 01 itu tak kunjung bersuara. Banyak pihak yang merasa gemas dan mempertanyakan kenapa Maruf Amin diam-diam saja? Padahal dirinya sedang berada di sebuah forum perdebatan.
Dalam perdebatan diam adalah tindakan yang tabu untuk dilakukan, apalagi dilakukan oleh Calon Wakil Presiden. Kesunyian pun sempat lenyap oleh kata "Cukup" oleh Maruf Amin. Sayangnya kata cukup itu tak dapat menjelaskan apa-apa, juga tidak mampu memuaskan dahaga rasa iingin tahu para netizen dan penonton debat Capres.
Berbeda dari Cawapres Maruf Amin. Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo Subianto justru sangat vokal dalam menyuarakan isi pikirannya dalam debat Capres semalam. Sandiaga seolah paham betul dan menguasai materi perdebatan. Sandiaga mampu memberi umpan balik yang sangat positif untuk membantu penjelasan yang telah diberikan oleh Capres Prabowo Subianto. Wajah tegang dan grogi pun tidak begitu nampak pada raut wajah Sandiaga Uno, tidak seperti Maruf Amin, yang terkesan sangat kaku dan Salting ketika menginjakan  kaki di podium perdebatan.
Maruf Amin baru mulai bersuara ketika perdebatan masuk pada sesi tanya jawab mengenai isu Terorisme, Maruf Amin menjawab pertanyaan dari moderator debat secara penuh. Dari jawaban tersebut sepertinya dengan mudah kita menangkap kesan bahwa memang Maruf Amin sengaja disetting untuk berbicara hanya pada soal Terorisme, dan diam untuk untuk soal-soal yang lain. Gesture Maruf Amin terlihat sangat tidak luwes, kondisi yang menciptakan atmosfir perdebatan Capres begitu tegang. Untung ada gimmick dan candaan Prabowo-Sandi yang sempat mencairkan suasana dan mengundang gelak tawa.
TKN sepertinya harus memutar otak untuk membantu Maruf Amin bisa vokal berbicara, sebab perkara itu menjadi penting karena Maruf Amin sebagai Cawapres akan menghadapi Debat Cawapres secara independen berhadapan dengan Sandiaga Uno. Jika Maruf Amin hanya terdiam membisu jelas sikap itu akan menggerus suara dan kepercayaan publik kepada pasangan Jokowi-Maruf. Apalagi yang dihadapi Maruf Amin adalah Sandiaga Uno, figur politisi muda yang masih energik dan lincah pikirannya, suka vokal menyuarakan visi-misinya saat menjadi Cawapres nanti. Sikap diam Maruf Amin adalah petanda bahaya bagi kubu petahana.
Memang umur Maruf Amin sudah tidak lagi muda, dan sebagai orang tua memang seharusnya Maruf Amin tidak lagi banyak bicara, melainkan perbanyak berdoa. Tapi baiknya hal itu bukan dalam konteks debat sesi Cawapres nanti. Diam Maruf Amin pada sesi debat akan membawa petaka pada perolehan hasil kotak suara.
Tentu kita juga tidak ingin melihat Sandiaga Uno nantinya hanya bermonolog pada perdebatan di debat Cawapres. Karena sejatinya debat adalah dialog untuk tukar tambah pikiran, bukan saling berbagi kesunyian. Kita ingin melihat debat yang riuh, penuh hingar bingar dengan statement-statement yang tajam dalam mempertahankan visi-misi utnuk Indonesia. Jadi semoga pada debat Cawapres nanti tidak ada awkward momen diantara kita. Â Semoga Cawapres Maruf Amin mampu bersuara.
Sumber:
https://www.viva.co.id
https://www.merdeka.com
https://nasional.kompas.com