"Saya sering melihat teman-teman saya yang dari suku Dayak ketika merayakan Pekan Gawai Dayak, tapi tidak terlalu tahu mengenai makna gawai sendiri. Terima kasih Pak Dismas sudah berbagi lewat tulisan ini. Salam dari Kota Pontianak".
Bung Salam
"Tulisan indah yang inspiratif, Bung Dismas. Pemaknaan sejati atas segala sesuatu memang menembus batas lahiriah dan fisiknya, jauh mengorek hingga substansi intinya. Inilah yang seringkali tidak dapat dipahami oleh sebagian orang yang hanya melihat dengan mata kepala alih-alih dengan mata hati".
Maaf tidak semua komentar saya himpun di sini. Terima kasih saya sampaikan kepada semua kompasianer yang telah menyapa dengan hangat lewat komentar Anda. Komentar-komentar itu mengusik nurani si anak petani untuk lebih banyak berbagi lagi lewat tulisan-tulisan.
Kembali ke stastistik si anak petani. Jika Anda melihat dalam kolom stastistik ada bagian kotak yang bernama Artikel Utama. Dari sekian banyak jumlah artikel si anak petani tak satu pun masuk kolom utama. Anda tahu mengapa? Si anak petani tidak berambisi masuk kolom utama, tapi kalau itu terjadi betapa bersyukurnya.
Bagi sebagian orang 'mungkin' artikelnya membosankan, tapi bagi lebih banyak orang lagi si anak petani yakin mereka akan merasa terinspirasi, artikelnya menarik, artikelnya bermanfaat, menghibur, aktual dan bahkan unik.
Si anak petani yang merasa diri sebagai 'Animal Laborans'
Si anak petani adalah seorang pekerja keras, pekerja yang tekun. Bagi si anak petani manusia dikatakan sebagai animal laborans ketika ia terikat dengan pekerjaan yang dilakukannya. Dia tidak melibatkan orang lain dalam pekerjaannya.
Satu hal yang perlu di ingat ialah bahwa manusia sebagai animal laborans tetaplah bekerja. Ia memproduksi artikel yang sudah di tentukan untuk menjadi konsumsi publik, ia berkontribusi, ia mau berbagi. Dia terlibat aktif untuk membangun dunia, ia ingin menginspirasi banyak orang lewat tulisannya. Karena itu ia selalu bekerja bukan untuk mendapatkan sesuatu melainkan untuk berbagi.
Si anak petani tekun