Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Orang Dayak tentang Hakekat dari Relasi Manusia dengan Sesamanya (Part 1 of 3)

4 Januari 2021   08:18 Diperbarui: 4 Januari 2021   08:30 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebersamaan Wanita Dayak, di Dusun Tapang Sambas, Tapang Kemayau, Kab. Sekadau (Dokumentasi by Bpk. Niko Thomas Kinga)

Di awal tahun 2021 saya hendak mengulas Filosofi Orang Dayak Tentang Hakekat dari Relasi Manusia dengan Sesamanya. Tulisan ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing mengulas secara mendalam konsep hidup orang Dayak yang bijak bestari. 

Ada konsep hidup dari kebudayaan-kebudayaan yang sangat mementingkan relasi vertikal antara manusia dengan sesamanya. Bentuk kelakuan manusia yang mempunyai kebudayaan seperti ini akan berpatokan kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-orang senior atau orang-orang atasan. 

Ada pula kebudayaan-kebudayaan lainnya yang mementingkan relasi antara manusia dengan sesamanya secara horizontal. Bentuk kelakuan manusia dalam kebudayaan ini, akan sangat merasa tergantung kepada sesamanya. 

Maka usaha untuk selalu memelihara hubungan baik dengan yang lain, tetangga atau sesamanya dianggap sebagai sesuatu hal yang sangat urgen dalam hidup.

Sebaliknya ada kebudayaan lain lagi yang justru amat mementingkan individualisme. Kebudayaan yang seperti ini lebih menilai tinggi usaha manusia atas kemampuan sendiri dalam hidupnya dan sebisa mungkin mencapai tujuannya dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain. 

Filosofi hidup orang dayak yang seperti ini sangat tidak suka bergantung pada orang lain, bisa atau tidak bisa ia tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kehidupannya, bagi keluarganya atau orang-orang disekitarnya.

Filosofi orang dayak yang berprofesi sebagai petani atau masyarakat pedesaan, biasanya terdapat ciri-ciri: saling kenal mengenal dengan baik satu terhadap yang lainnya; memiliki keintiman yang tinggi dikalangan warganya; memiliki rasa persaudaraan dan persekutuan yang tinggi; memiliki jalinan emosional yang kuat dikalangan warganya; dan saling bantu membantu, tolong menolong atas dasar kekerabatan atau kekeluargaan.

Dengan demikian memiliki mentalitas yang menilai tinggi konsep sama-rata-sama-rasa. Dalam rangka ide seperti ini ada suatu filosofi penting, yang hendak disampaikan dari kebijaksanaan orang Dayak, yaitu: bahwa di dunia manusia itu pada hakekatnya tidaklah berdiri sendiri, melainkan selalu bisa mendapat bantuan dari sesamanya, terutama dari kaum kerabatnya bila sedang mengalami kesusahan. 

Filosofi ini memberikan suatu landasan yang kuat bagi rasa keamanan hidup kepadanya.

Sebaliknya filosofi sama-rata-sama-rasa juga memberi beberapa kewajiban kepadanya, untuk terus menerus berusaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya dan sedapat mungkin selalu membagi rata keuntungan-keuntungan dengan sesamanya. 

Konsep seperti ini boleh juga disebut konsep gotong-royong, balale' dalam bahasa Dayak Kanayatn, beduruk dalam Dayak Desa, pogi dalam Dayak Kerabat dan sebutan lainnya yang tentu saja amat bernilai tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun