Apa sih yang seru dari sebuah story, status, postingan di suatu medsos. Komeng. Ya pasti semua sepakat jika kita melihat suatu postingan itu yang menarik adalah Komentar para netizen yang semakin hari semakin julid, kepo, sarkas, baper yah hampir semua bernuansa negatif lah. Kadang miris membacanya. Kenal gak, saudara bukan, keluarga tidak, apalagi teman, tetapi komentar-komentar yang dilontarkan jauh dari adab, tutur kata baik apalagi sopan santun. Seolah-olah yang berkomentar itu tidak pernah bersekolah alias tidak berpendidikan. Bahkan orang yang ga sekolah seringkali lebih sopan bahasanya, tutur katanya. Ketika emosi memuncak dari ucapan melalui tulisan di balasan postingan itu, sepertinya yang namanya gelar diploma, sarjana, magister bahkan doktor semua seakan-akan lenyap. Dan konyolnya kita juga tidak tahu mereka karena kebanyakan akun palsu semua haha. Lucu saja ya ketika orang-orang menghujat Presiden, artis, pesohor dengan akun anonim begitu ketahuan lalu minta maaf, mewek, buat video minta maaf dan tandatangan diatas materai. Buat apa begitu? Kenapa sih harus gatal banget tuh jempol untuk memaki, berkomentar miring ke orang lain?Ketentuannya kan simpel, kalau gak suka ya tidak usah dilihat, jangan komentar, skip saja. Lah ini malah ada yang buat akun khusus follow, berteman hanya untuk mencaci maki.Â
Kewarasan Yang Hilang
Kalau dilarikan ke cerita agama Islam, pasti lupa atau tidak pernah belajar dari kisah Nabi Muhammad saw yang setiap hari dicaci maki, dijelek-jelekkan pengemis buta padahal Nabi sendiri yang memberi dan menyuapinya makan setiap hari. Lucu bukan. Itu lah kita manusia yang tidak tahu diri ini. Orang lain selalu jelek dimata kita. Sedangkan kita apakah sudah sempurna sekali? Dan kisah ini pun seribuan tahun kemudian terulang kembali. Sejarah membuktikan. Banyak orang yang tidak sadar dan tidak tahu arti kehidupan ini. Bahwasanya Tuhan menciptakan makhluk hidup itu sangat beragam, ada yang sempurna ada pula yang tidak sempurna, beragam bentuk, warna, prilaku dan sifat. Dan tidak ada yang bisa pesan dia akan terlahir laki-laki atau perempuan, hitam putih atau coklat, keriting atau lurus, kurus atau gemuk, cina, arab, batak atau jawa, islam, kristen atau budha. Semua terlahir atas kehendak Ilahi. Lalu, lingkungan lah yang menjadikannya baik, buruk, lembut, keras, terpelajar, tidak terpelajar, kaya, miskin dsb. Jadi ketika kita menemukan seseorang yang "menurut kita" jelek, sesungguhnya "menurutnya" menurut keluarganya, temannya, dia belum tentu jelek. Atau yang lebih sederhana lagi, nama Ali yang umumnya digunakan untuk laki-laki bisa saja di suatu daerah, di belahan dunia lain, menjadi nama yang lazim untuk perempun
Manusia Yang Banyak Menuntut
Komen terjulid yang viral saat ini adalah foto Pernikahan artis Amanda Manopo yang dibilang seperti Ballerina Cappuccina yaitu seorang wanita seperti balerina yang kepalanya berbentuk cangkir cappuccino. Waduh. Ada saja ketidaksempurnaan di mata netizen ini. Saya teringat ceramah seorang ustad. Ustad ini mantan pegawai Departemen Keuangan. Dia bercerita kalau dia sangat takjub dan bersyukur melihat kemajuan Mesjid di Kementerian Keuangan Jakarta. Mengapa demikian, karena bangunannya bagus, ber AC, 2 lantai, sangat nyaman, jadwal ibadahnya rapi. Tetapi yang sangat beliau syukuri itu jumlah jamaah yang ramai sekali. Pegawai Kemenkeu saat ini taat beribadah. Mengerti agama. Karena dahulu di tahun 1970-80an orang sangat sedikit yang sholat di mesjid. Pegawai wanitanya banyak yang tidak berkerudung. Ustad itu pun bercerita bahwa tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Ketika kita mencari kesempurnaan maka kita tidak akan menemukannya. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah. Jika kita melihat orang cantik pasti selalu ada celahnya yang alisnya terlalu lebar lah, bibirnya tidak simetris lah, gaunnya kependekan dan sebagainya.Kita patut mensyukuri pencapaian Islam saat ini di Indonesia dan Dunia umumnya. Lihatlah film-film Dono Warkop DKI tahun-tahun 1970-80an misalnya, pakaian perempuannya ketat, atau mini-mini, sementara lelakinya gondrong-gondrong, merokok dan minum-minuman keras. Tetapi tingkat kejahatan tidak separah saat ini. Kita selalu mencibir ketika melihat seorang Najwa Shihab anak seorang Pakar Al Quran, Quraish Shihab, yang tidak berkerudung. Komentar mengalir deras, julid, sinis, sarkas. Ustad tadi menceritakan ketika dia diundang di pengajian ibu-ibu komplek, ada seorang ibu muda yang tidak berkerudung, banyak ibu-ibu pengajian mencibirnya, percuma Islam tapi tidak menutup aurat. Saya melarang hal demikian, saya mengajaknya ikut mengaji, akhirnya dia ikut mengaji hanya dengan memakai selendang, persis seperti Pahlawan-pahlawan perempuan kita zaman dulu. Ya gak apa-apa, pelan-pelan. Yang penting hatinya tergerak untuk ikut pengajian dan memakai selendang, lambat laun ibu itu pun menyempurnakan kerudungnya dengan yang lebih disyariatkan. Begitu juga dengan bapak-bapak yang tidak mau Jumatan. Jumlah yang sholat itu semakin hari semakin banyak. Mungkin bapak ini belum tergerak hatinya untuk ibadah, mungkin baru setahun sekali pas lebaran saja. Ya tidak apa-apa. Kenapa kita yang sewot, kepanasan dengan urusan pribadi orang. Dia yang tidak sholat apakah mengurangi pahalamu atau menambah dosamu. Kan tidak. Kita cukup menghimbau, mengajak saja. Kalau belum hari ini, mungkin besok beliau baru mau, kalau besok belum juga sholat, mungkin lusa, minggu depan, bulan depan, seperti lagu yang sedang hits itu. Kita cukup doakan saja semoga beliau dapat hidayah. Kita terlalu banyak menuntut, sementara kita sendiri pun tidak sempurna, jelek juga di mata orang lain hehe. Berhentilah menjadi Netizen yang selalu merasa paling benar. Gak di sepakbola, olahraga, hiburan, politik, kehidupan rumah tangga orang, bahkan yang menyedihkan itu anak angkat artis Raffi Ahmad yang masih bayi pun tak luput dari ocehan para NMB Netizen Maha Benar ini. Pada saat medsos tidak seramai sekarang ini, saya pernah mendapati netizen SMP mendebat Almarhum Ustad Arifin Ilham di sebuah postingannya. "Mana dalilnya?", waah sungguh tidak sopan sekali bocah ini. Mungkin kalau zaman dahulu kala sudah dikutuk jadi batu dia seperti Malin Kundang yang tidak sopan sama Orang Tua dan Tuan Guru. Tahun 2021 menurut Digital Civility Index (DCI) yang pernah dirilis Microsoft, Indonesia berada di peringkat empat negara dengan netizen paling tidak sopan di dunia setelah Afrika Selatan, Rusia dan Meksiko. Betapa menyedihkan. Kita menjadi negara paling berisik dan tidak sopan saat berkomunikasi di jagat maya. Come on, yuk jangan berisik yuk. Kita itu dahulu terkenal dengan negara yang ramah tamah, gotong royong, guyub. Mari kita urus diri kita masing-masing dan menghormati privasi orang lain. Mari lebih beretika saat berkomunikasi di jagat maya. Kita pasti bisa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI