Kuliah itu nggak cuma sekedar datang ke kelas, mendengarkan penjelasan materi dari dosen, catat materi, lalu pulang. Di balik itu ada “drama-drama” kecil yang sering bikin mahasiswa jungkir balik. Mulai dari dosen yang hobi ngasih tugas mendadak, teman yang sering hilang pas kerja kelompok, sampai deadline gila yang datang beruntun kayak antrean konser. Kalau mental nggak stabil, gampang banget rasanya mengalami stres, kelelahan bahkan kehilangan motivasi untuk belajar yang ujung-ujungnya bisa nangis sendiri karena saking capeknya.
Mental stabil jadi kunci penting untuk bisa bertahan di dunia perkuliahan. Ibarat fondasi rumah, kalau mental kita kuat, guncangan besar pun tidak mudah membuatnya runtuh. Stabil bukan berarti nggak pernah mengalami stres, tapi bisa mengelola stres agar tetap terkendali. Misalnya, jangan terlalu panik pas ada ujian mendadak, atau nggak langsung menyerah saat tugas lagi menumpuk.
Manajemen waktu adalah salah satu cara untuk menjaga kestabilan mental. Banyak mahasiswa yang stres bukan karena tugasnya terlalu berat, tapi karena mereka suka menunda. Akhirnya, deadline menumpuk di waktu bersamaan yang bikin otak panas. Dengan bikin jadwal sederhana atau to-do list harian, beban terasa lebih ringan karena bisa dikerjakan secara bertahap.
Selain itu, jangan lupa “me time”. Mahasiswa sering lupa kalau otak juga butuh istirahat. Me time nggak selalu harus sendirian, bisa juga dengan nongki-nongki cantik bareng teman, nonton film sebentar, jalan sore, atau sekedar rebahan sambil denger musik. Biarpun terdengar sepele, hal-hal kecil seperti ini bisa jadi recharge energi dan membantu menjaga mood tetap positif.
Drama kelas juga sering bikin mental goyah. Ada yang baper gara-gara nilai kelompok turun akibat satu orang, dan ada juga yang kesel karena teman nggak adil dalam pembagian tugas. Kondisi seperti ini memang sering bikin emosi memuncak, dan di sinilah kita bisa belajar betapa pentingnya komunikasi. Belajar untuk berani ngomong baik-baik sama teman sekelompok, banyak masalah dapat selesai tanpa harus membuat situasi semakin rumit.
Deadline gila memang nggak bisa dihindari, tapi bisa disiasati. Triknya adalah jangan nunggu inspirasi datang baru mulai ngerjain. Coba lakukan metode “mulai dari yang kecil” dan mulai kerjain dulu bagian yang paling gampang, meski cuma lima menit. Biasanya, begitu sudah mulai, motivasi akan muncul dan bikin kita lanjut sampai selesai.
Selain itu, bikin target kecil setiap hari misalnya menyelesaikan satu halaman sehari atau menyelesaikan satu slide presentasi. Dengan begitu, tugas besar terasa lebih ringan dan nggak bikin panik menjelang deadline.
Pada akhirnya, kunci kuliah lancar ada di keseimbangan. Nggak usah terlalu perfeksionis tapi juga jangan terlalu santai sampai keteteran. Salah satu hal yang sering dilupakan mahasiswa adalah faktor kesehatan. Kurang tidur, makan sembarangan, dan kurang olahraga bisa bikin emosi gampang naik-turun, karena mental dan fisik itu saling berhubungan. Kalau tubuh fit, pikiran juga jadi lebih kuat menghadapi tekanan kuliah. Dengan begitu, drama kelas dan deadline gila hanya akan jadi bumbu, bukan penghalang.
Jadi, bro dan sis mahasiswa, tetap chill! Ingat: mental stabil bukan berarti hidup tanpa masalah, tapi tentang bagaimana kita mampu mengendalikan diri saat masalah datang. Justru dari drama kelas, deadline gila, dan segala lika-liku perkuliahan, kita belajar cara bertahan dan berkembang. Dengan begitu, perjalanan kuliah bukan cuma lancar dan seru, tapi juga penuh pengalaman berharga yang bisa diceritain lagi nanti setelah lulus.
NB: Pada akhirnya, pengalaman menghadapi stres kuliah adalah bagian dari proses belajar. Psikologi pendidikan mengajarkan bahwa setiap tantangan bisa jadi ruang untuk tumbuh, bukan penghalang.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI