Bayangkan mereka yang tinggal di negara lain, seperti Turki atau Spanyol yang memiliki durasi berpuasa sekitar 16 jam. Ditambah lagi presentase Muslim di negara tersebut mungkin tak sama dengan di Indonesia.
Muslim di negara tersebut pastinya tetap berpuasa sambil sehari-hari melihat berbagai macam makanan disajikan. Belum lagi jika ada jam istirahat dan harus bergaul dengan teman non-muslim yang tidak berpuasa.
Sudah puasa lebih lama, mereka juga sanggup menghadapi godaan sehari-hari. Maka jika masih menyalahkan warung makan yang buka atas alasan batalnya puasa kita, maka ada yang perlu diperbaiki dari diri sendiri.
6. Menghambat Rezeki Sang Pemilik Warung
Ada beberapa warung yang memang buka di bulan puasa dengan niat bukan untuk membuat batal mereka yang sedang berpuasa, namun demi mengusahakan rezeki yang berkah. Pemilik warung makan tersebut mungkin saja memiliki keluarga yang tentu akan bertambah kebutuhannya menjelang hari raya.
Lalu untuk pedagang yang seperti ini, masihkah kita tega melarangnya membuka warung saat siang hari?
Akhirnya, saya harus menyimpulkan bahwa saya tidak setuju jika ada warung yang dipaksa untuk tutup saat berjualan di bulan Ramadan. Memang ada orang-orang dewasa yang terperangkap dalam jiwa anak kecil, sehingga begitu amat tak tahan melihat makanan ketika sedang berpuasa. Namun sesungguhnya di sinilah media pembelajaran kita sebagai makhluk-Nya.
Orang berpuasa harusnya tak minta dihormati, sebab seharusnya tak ada yang tahu apakah ia sedang berpuasa atau tidak. Orang berpuasa seharusnya bisa lebih bertoleransi dan mengalah pada mereka yang tidak berpuasa.