Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini yang Terjadi Kalau Sahur Sendiri di Kosan (Kisah Nyata)

22 Mei 2018   14:36 Diperbarui: 22 Mei 2018   19:06 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini cerita sekitar 5 tahun lalu. Ramadan kali itu saya berstatus sebagai anak kosan. Perkuliahan masih tetap dijalankan hingga pertengahan Ramadan. Beberapa aktivitas organisasi pun sedang giat-giatnya mengejar target tahunan. Belum ada kata libur dan tenang menjalankan ibadah-ibadah bulan puasa

Sebagai anak kosan, tentu segala-galanya harus mandiri. Saat itu adalah tahun pertama saya berpuasa sendiri. Tidak ada Ibu yang biasa membangunkan pukul tiga pagi untuk sahur. Tidak ada masakan ibu. Saya harus berjuang sendiri mencari makanan untuk sahur.

Maksud hati ingin memesan katering saja, seperti teman sebelah kamar. Cukup dengan dua puluh lima ribu rupiah per hari, saya harusnya sudah bisa dapat semua : nasi, lauk melimpah, sayuran, buah, dan air minum. Hanya saja, tahulah... mindset anak kosan adalah sebisa mungkin jika ada yang bisa dihemat, maka harus berhemat.

Dua puluh lima ribu rupiah sebulan, kalau dikalikan dengan dua puluh hari, berarti saya harus menghabiskan setengah juta sendiri untuk sahur. Padahal nilai ini sebetulnya cukup besar, mengingat penghasilan saya saat itu hanya dari orang tua. Angka sebesar itu sama saja dengan setengah uang bulanan saya.

Saya pun mulai membanding-bandingkan bagaimana jika saya memasak saja.

Sumber: Facebook Qasidah Meme For All Purposes
Sumber: Facebook Qasidah Meme For All Purposes
Beras seliter bisa saya gunakan untuk kira-kira lima hari. Satu liter beras kala itu harganya hanya 10 ribu rupiah saja. Berarti saya cukup mengeluarkan empat puluh ribu rupiah per hari.

Untuk lauknya, saya pikir akan lebih praktis membeli di warteg langganan. Saya biasa membelinya di perjalanan saat pulang ke kosan selepas kuliah. Satu kali makan paling-paling akan menghabiskan 5-6 ribu rupiah saja untuk lauk. Tentu perhitungan saya akhirnya berkesimpulan bahwa memasak sendiri akan jauh lebih murah dibandingkan katering.

Namun, ternyata ada harga yang harus saya bayar.

Suatu hari, saya amat lelah sehabis rapat organisasi, dan baru pulang pukul 11 malam. Tubuh rasanya remuk redam dan hanya ingin rebah di kasur. Tapi baru duduk di kasur, saya ingat harus memasak nasi. Di kamar, saya bisa memasak nasi sendiri dengan rice cooker kecil yang dibelikan ibu sewaktu saya pindah ke kota ini untuk berkuliah.

Saya pun membuka tempat beras. Berharap bisa langsung memasak sebelum tidur, agar nantinya ketika bangun sahur, nasi sudah siap disantap. Saya mulai menakar satu cup beras untuk dimasak. Kemudian mencuci beras 5 kali bilas, lalu mengisi wadah rice cooker dengan air matang sampai ketinggian air mencapai angka satu, sesuai dengan jumlah cup beras yang saya masak.

Lalu saya memasukkan wadah tersebut ke rice cooker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun