Mohon tunggu...
Diqna PS
Diqna PS Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

selalu andalkan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Rumah Perkara", Edukasi Anti Korupsi

28 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dalam film berjudul Rumah Perkara Emil Heradimenggambarkan kisah tragis koruptor di negeri ini. Emil menggambarkan bahwa tindakan buruk juga akan mendatangkan akibat yang buruk, layaknya sebuah karma.

Rumah Perkara berkisah tentang lurah yang setuju menjual tanahnya kepada seorang kontraktor, namun ada satu rumah, yaitu rumah seorang janda yang tidak rela dibeli. Terjadilah usaha-usaha, baik dari lurah maupun kontraktor, untuk mengubah niatan janda tersebut. Film Rumah Perkara ini merupakan salah satu dari omnibus film KvsK yang bertujuan sebagai media edukasi anti korupsi.

Melalui adegan, dialog para tokoh, alur, dan konflik cerita dengan pendekatan realis, Emil ingin menyampaikan bahwa keserahakan akan membuat seseorang kehilangan segalanya. Karya ini selain menghadirkan contoh tindak korupsi juga menunjukkan sisi humanis yang kuat.

WAKIL RAKYAT UNTUK SIAPA

Dalam durasi 19 menit, Rumah Perkara menceritakan sosok pemimpin yang baru terpilih, dan berjanji untuk menyejahterakan masyarakatnya. Tokoh Yatna(Teuku Rifnu Wikana) terpilih menjadi lurah berkat bantuan Jaya (Icang S. Tisnamiharja), yang merupakan seorang kontraktor. Yatna yang berhutang budi pada Jaya, akhirnya membantu Jaya menjalankan bisnis, dengan menjual rumah dan tanah-tanah warga. Rumah warga yang hilang satu per satu digambarkan melalui sosok Iqbal (anak Yatna), yang bermain sendiri, lantaran semua temannya sudah pergi.

Disisi lain Pak Jaya menyuruh anak buahnya, untuk mendesak Yatna agar lekas bisa mendapatkan surat tanah milik Ela (Ranggani Puspandya), karena hanya itu satu-satunya rumah yang tersisa untuk melancarkan rencana pak Jaya membangun kawasan elit.Melihat Iqbal bermain sendiri, Ela pun mengajaknya ke pasar dan bermain di rumahnya. Saat akan pulang Iqbal berpapasan dengan ayahnya. Yatna sangat terkejut dan bertanya, mengapa Iqbal ke rumah Ela. Namun, Iqbal menjawabnya dengan balik bertanya, ayahnya sendiri mengapa pergi ke rumah tante Ela.

Ternyata kedatangan Yatna ke rumah Ela, untuk memaksa Ela memberikan surat tanahnya dan pergi meninggalkan desa. Ela pun mengancam Yatna akan memberitahukan tentang hubungan gelap mereka pada istri Yatna. Akhirnya, setelah pertengkaran mereka berdua, Ela pun memberikan surat tanahnya pada Yatna, tetapi dia tetap tinggal di rumah itu.

Setelah meninggalkan rumah Ela, Yatna mendapat telepon dari sang istri, yang mencoba mengingatkan Yatna tentang bagaimana harusnya sosok lurah yang mengutamakan warganya, bukan dirinya dan keluarganya saja. Yatna, yang emosi pun segera menutup telepon dan pergi ke warung kopi hingga larut malam.Saat makan malam, Iqbal dan ibunya menunggu Yatna pulang, istri Yatna pun berusaha menghubunginya, namun tidak ada jawaban. Iqbal pun pergi mencari ayahnya ke rumah Ela, nahasnya rumah Ela sudah di bakar oleh anak buah Jaya.Iqbal pun tetap masuk ke dalam rumah Ela untuk mencari ayahnya.

Pada bagian akhir film tidak diperlihatkan Iqbal keluar dari rumah Ela yang terbakar, namun pintu keluar rumah sudah tertutup oleh kayu-kayu yang terbakar. Seolah mengisyaratkan bahwa Iqbal pun terbakar bersama Ela dalam rumah tersebut. Sementara itu, Yatna yang melamun teringat akan sumpah dan janjinya kepada warga saat dia terpilih menjadi lurah, dimana sumpah itu tidak bisa dia jalankan.

Memainkan plot maju, perdebatan konflik demi konflik dihadirkan dengan menaikkan tensi setiap masalah. Konflik-konflik di film Rumah Perkara seakan menegaskan bahwa, manusia selalu serakah dalam segala hal, bahkan sosok pemimpin yang harusnya melindungi warganya, demi keuntungan pribadi dia pun mengorbankan segalanya.

Mental korupsi berupa sikap menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi, dipandang sebagai sikap amoral dan tindak pidana.Hal itu terpantul dari tokoh Yatna sebagai lurah yang mengingkari janjinya demi memperoleh pundi-pundi kekayaan. Tak urung, perilaku Yatna yang serakah, dengan beralasan korupsi yang dia lakukan demi istri dan anaknya, justru merenggut nyawa anaknya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun