Mohon tunggu...
Diqi Prasetyo
Diqi Prasetyo Mohon Tunggu... Pelajar

Siswa SMK yang tertarik pada dunia teknologi, web development, dan solusi berbasis lingkungan. Aktif mengembangkan berbagai proyek seperti mobil IoT dan website pemantauan air & energi terbarukan. Senang berbagi ide, pengalaman, dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kenapa Ilmuwan Datang Jauh-jauh ke Tengah Sungai? Jawabannya Mengejutkan

30 April 2025   09:41 Diperbarui: 30 April 2025   09:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.canva.com/

  Sungai-sungai di Indonesia bukan hanya aliran air yang melintasi lembah, desa, dan kota. Di balik derasnya arus dan gemericik aliran yang sering terdengar menenangkan, sungai menyimpan data-data krusial yang bisa menyelamatkan ribuan bahkan jutaan nyawa.

  Di sinilah SPAS (Stasiun Pengamat Arus Sungai), berperan penting sebagai sistem pengamatan yang terus bekerja, 24 jam sehari. Namun, tahukah Anda bahwa untuk menjaga akurasi dan kelengkapan data SPAS, para ilmuwan dan peneliti harus rela menempuh medan ekstrem, sering kali ke tengah sungai yang deras dan berbahaya?

Sungai: Sistem Informasi Alam yang Tak Terbaca Langsung

  Pada permukaan, sungai mungkin tampak sederhana.Tapi di balik aliran sungai itu, sebenarnya mengalir juga banyak informasi penting secara nyata, bukan kiasan. Sungai membawa sinyal tentang kondisi cuaca, curah hujan, erosi, sedimentasi, bahkan potensi bencana seperti banjir dan longsor.

  Sayangnya, informasi ini tak bisa langsung dirasakan atau dilihat. Kita tak bisa hanya "menatap" sungai dan tahu seberapa besar ancaman yang mungkin datang dari hulu. Di sinilah SPAS memainkan peran sebagai alat baca yang menerjemahkan bahasa alam menjadi data yang bisa diolah.

SPAS: Alat Canggih yang Bekerja di Tengah Alam Liar

  Banyak yang membayangkan SPAS sebagai alat tradisional seperti tongkat ukur atau pelampung sederhana. Padahal, SPAS modern dilengkapi teknologi tinggi.Sensor ultrasonik untuk mengukur kecepatan aliran, radar permukaan untuk mendeteksi tinggi muka air, bahkan sistem pemancar data otomatis berbasis satelit atau GSM.

  Namun, secanggih-canggihnya alat, tetap butuh peran manusia. Data perlu dikalibrasi, alat harus dicek berkala, dan sebagian besar data lapangan memerlukan validasi manual. Itulah sebabnya ilmuwan dan teknisi lapangan harus datang langsung ke lokasi SPAS, yang sering kali terletak di titik-titik ekstrem dan terpencil.

Perjalanan Ilmuwan ke Sungai yang Penuh Tantangan dan Bahaya

  Mengakses lokasi SPAS bukan seperti mengunjungi laboratorium kampus. Banyak stasiun berada di hutan, lembah sempit, atau tebing curam. Tak jarang, ilmuwan harus melewati jembatan gantung, medan berlumpur, bahkan menyeberangi sungai dengan perahu kecil atau rakit darurat. Di musim hujan, semua risiko itu meningkat.Arus yang lebih deras, longsor yang mengancam, dan hujan deras yang mengaburkan pandangan.

  Namun semua risiko itu diterima dengan lapang dada oleh para peneliti. Mengapa? Karena data yang mereka ambil dapat menyelamatkan banyak orang di hilir.

Sumber: https://www.canva.com/
Sumber: https://www.canva.com/

Data yang Bisa Menentukan Hidup dan Mati

  SPAS tidak hanya penting bagi keperluan riset akademik. Data dari stasiun ini sangat penting dalam sistem peringatan dini banjir. Ketika sungai menunjukkan kenaikan debit atau kecepatan arus yang signifikan, sistem bisa langsung mengirimkan peringatan ke pihak berwenang. Dengan waktu respons yang cukup, pemerintah bisa mengevakuasi warga sebelum air datang.

  Selain itu, data SPAS digunakan dalam perencanaan jangka panjang seperti pembangunan bendungan, penataan daerah aliran sungai (DAS), perencanaan kota, dan antisipasi perubahan iklim. Dalam satu dekade terakhir, data SPAS telah menjadi sumber utama untuk kebijakan mitigasi bencana di Indonesia.

Cerita di Balik Angka dan Grafik

  Banyak dari kita hanya melihat angka di layar: "Debit Sungai: 1.200 m/detik", atau "Ketinggian Muka Air: 3,5 meter". Namun di balik angka itu, ada kisah kerja keras ilmuwan yang berangkat subuh-subuh, berpeluh di bawah terik matahari, atau terguyur hujan saat menavigasi sungai. Ada yang terluka, ada yang harus bermalam di tengah hutan karena cuaca ekstrem.

  Mereka tak hanya membawa pulang data.Mereka membawa pulang informasi yang bisa membuat perbedaan antara kesiapsiagaan dan keterlambatan, antara keselamatan dan bencana.

Belajar Menghargai Ilmu di Balik Alam

  Kini, ketika Anda melihat sungai yang tampak tenang dan biasa saja, ingatlah: di balik alirannya, ada sistem kerja yang kompleks, ada teknologi yang canggih, dan ada manusia yang berjuang untuk memahami dan menjaga keseimbangan alam.

  SPAS mungkin terdengar teknis, tapi ia adalah jantung dari pemantauan sungai. Dan para ilmuwan yang datang jauh-jauh ke tengah sungai bukan sekadar "peneliti", mereka adalah penjaga pertama dari bencana yang bisa dicegah.

Sumber:

https://spas.co.id/

https://spas.co.id/artikel-tentang-spas

https://geotimes.id/opini/mengenal-stasiun-pengamatan-arus-sungai-spas/

https://www.kompasiana.com/diqiprasetyo3832/67f5dc02ed64155c1932c6a3/riset-dan-teknologi-dalam-monitoring-arus-sungai-peran-spas-dalam-mitigasi-bencana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun