Mohon tunggu...
Dionisius Riandika
Dionisius Riandika Mohon Tunggu... Guru - Seorang Educator, Hipnomotivator, Hipnoterapis, Trainer, Penulis

Lahir di Kota Ambarawa, Kabupaten Semarang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rute Kehidupan

23 September 2021   22:33 Diperbarui: 23 September 2021   23:03 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan manusia merupakan sebuah perjalanan. Sebagai sebuah perjalanan, kehidupan terikat dengan rute atau lintasan. Rute kehidupan tersebut memiliki unsur-unsur keniscayaan.

Tatkala hidup di dunia, manusia memiliki dua unsur yang tinggal bersama. Unsur tersebut adalah raga serta jiwa. Raga menjadi unsur yang dapat dilihat. Sedangkan jiwa bersifat tak kasatmata. Meski demikian, keduanya sungguh-sungguh ada.

Dalam perjalanan, manusia pasti sampai pada kematian jasmani. Peristiwa ini memisahkan raga dan jiwa. Raga menjadi mati. Sementara jiwa menuju ke pengadilan pribadi.

Raga manusia disemayamkan di tanah, membusuk, dan menyisakan tulang. Dalam pengadilan pribadi, jiwa manusia diadili berdasarkan amal baik semasa hidup di dunia. Keputusan pengadilan tersebut akan membawa jiwa manusia ke neraka atau ke surga. 

Manusia dengan banyak amal baik niscaya menikmati kebahagiaan surgawi. Sebaliknya, manusia yang semasa hidup penuh dengan dosa-dosa tak terampuni akan menjadi penghuni neraka. Jiwa-jiwa penghuni surga maupun penghuni neraka akan berada di sana hingga akhir zaman.

Kala akhir zaman tiba, jiwa dan raga manusia akan kembali dibangkitkan. Raga serta jiwa kembali disatukan. Dalam peristiwa ini, raga manusia menjadi serupa ketika hidup di dunia. Bedanya, raga baru ini tak lagi terikat hukum alam duniawi. Raga ini tak akan mati.

Manusia dengan raga baru serta jiwa yang kembali bersatu dinamakan manusia baru. Manusia baru disebut pula sebagai manusia rohani. Pada akhir zaman ini, manusia akan menghadapi pengadilan kedua sekaligus terakhir.

Pada pengadilan pribadi (pertama) yang diadili hanya jiwa. Baru pada pengadilan terakhir, manusia diadili secara utuh: raga dan jiwanya. Meski kembali dihadapkan pada pengadilan terakhir, namun keputusan pengadilan ini tetap dan mutlak seperti keputusan pengadilan pribadi.

Setelah akhir zaman dan pengadilan terakhir, manusia mengalami kehidupan kekal atau abadi. Baik kehidupan abadi di surga maupun kehidupan abadi di neraka.



Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun