Di tengah kesibukan kota Banjarmasin yang terus tumbuh, ada satu aroma yang selalu berhasil menarik perhatian orang yang melintas. Aroma kaldu ayam hangat yang berpadu dengan rempah-rempah khas Banjar seakan menjadi pengingat akan rumah, keluarga, dan kehangatan masa lalu. Soto Banjar bukan hanya sebuah hidangan, melainkan simbol dari identitas masyarakat Banjar yang sarat makna budaya dan nilai kebersamaan. Kuliner ini hidup dalam ingatan banyak orang, tidak hanya karena rasanya yang khas, tetapi juga karena kisah sederhana di balik penyajiannya.
Di balik semangkuk Soto Banjar yang lezat, terdapat cerita perjuangan dari pelaku usaha kecil yang berusaha bertahan di tengah perubahan zaman. Salah satunya adalah seorang warga Banjarmasin yang membuka usaha Soto Banjar secara mandiri dari dapur rumahnya sendiri. Usaha ini lahir dari niat sederhana untuk mempertahankan cita rasa warisan leluhur dan pada saat yang sama mencari penghasilan tambahan untuk keluarga. Perjalanan usahanya dimulai dengan peralatan seadanya, tenaga keluarga, dan kepercayaan pelanggan pertama yang kini telah menjadi pelanggan setia.
Usaha kuliner ini dikelola dengan mengutamakan cita rasa otentik. Pemilik usaha mempertahankan resep turun-temurun, menjaga kualitas bahan baku, dan memberikan pelayanan dengan sikap ramah. Meski belum menggunakan teknologi canggih, pemilik mulai memahami pentingnya beradaptasi. Saat ini pembayaran masih dilakukan secara tunai dan belum mendukung sistem pembayaran digital seperti QRIS. Namun, pemilik menyadari bahwa perubahan ke arah digital merupakan bagian penting dari pengembangan usaha ke depan. Niat untuk belajar dan beradaptasi dengan teknologi telah menjadi bagian dari rencana pengembangan jangka panjang.
Di sisi lain, usaha Soto Banjar ini juga menjadi contoh kecil bagaimana UMKM mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dalam proses produksinya, pemilik kerap melibatkan anggota keluarga dan tetangga. Beberapa warga ikut membantu dalam pengolahan bahan, penyajian makanan, hingga suplai bahan baku seperti ayam, sayur, dan bumbu dapur dari warung di sekitar lokasi. Interaksi ini bukan hanya mendukung usaha dari sisi ekonomi, tetapi juga menciptakan lingkungan yang saling menopang satu sama lain. Keberadaan warung Soto Banjar juga menjadikan area tersebut lebih hidup, terutama di pagi dan siang hari, ketika pelanggan datang untuk menikmati hidangan sambil berbincang santai.
Selain kontribusi ekonomi, ada nilai sosial yang tumbuh bersama keberadaan warung kecil ini. Banyak pelanggan yang menganggap tempat tersebut bukan sekadar tempat makan, melainkan ruang sosial tempat mereka saling bertukar cerita, melepas penat, atau sekadar menikmati semangkuk soto sambil merasakan suasana hangat khas kampung. Dalam konteks ini, Soto Banjar berfungsi sebagai jembatan sosial yang menghubungkan masyarakat melalui rasa dan kebersamaan.
Meskipun sederhana, pemilik usaha juga mulai melakukan inovasi kecil untuk memperkuat usahanya. Inovasi tersebut antara lain menyediakan pilihan porsi kecil, sedang, dan besar agar pelanggan dapat menyesuaikan pesanan sesuai kebutuhan, memperbaiki kemasan agar praktis dibawa pulang, dan mulai merencanakan penggunaan media sosial sebagai sarana promosi. Ia juga memiliki keinginan untuk menggunakan QRIS agar pelanggan lebih mudah bertransaksi. Semua inovasi ini direncanakan secara bertahap, sesuai kemampuan dan kondisi usaha.
Harapan pemilik usaha tidak muluk-muluk. Ia ingin usahanya berkembang sedikit demi sedikit, membuka cabang baru, mempekerjakan lebih banyak orang dari lingkungan sekitar, dan memperkenalkan Soto Banjar ke masyarakat yang lebih luas. Dalam pandangannya, Soto Banjar bukan sekadar hidangan tradisional, tetapi warisan budaya yang perlu dijaga keberlangsungannya. Jika usaha ini berkembang dengan baik, maka akan ada lebih banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya, bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari nilai sosial dan budaya yang melekat.
Soto Banjar adalah bukti bahwa kewirausahaan lokal tidak selalu dimulai dari modal besar, melainkan dari tekad kuat, cita rasa yang dijaga, dan dukungan lingkungan sekitar. Di tengah arus modernisasi yang begitu cepat, warung Soto Banjar tetap berdiri dengan caranya sendiri, perlahan beradaptasi sambil tetap setia pada cita rasa khas yang telah menjadi identitas masyarakat Banjar selama bertahun-tahun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI