Istilah "keadilan restoratif" menjadi lebih umum di ranah hukum dan percakapan publik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Metode ini dianggap sebagai cara baru untuk menyelesaikan perkara hukum dengan cara yang lebih manusiawi, terutama dalam kasus-kasus kecil atau yang melibatkan korban atau anak-anak. Di sisi lain, meskipun metode ini dihargai, ada juga pertanyaan penting: apakah keadilan restoratif benar-benar solusi atau justru kesepakatan yang mereduksi prinsip keadilan itu sendiri?
Apa Yang Dimaksud dengan Keadilan Restoratif?
Secara sederhana, keadilan restoratif, juga dikenal sebagai keadilan restoratif, adalah metode penyelesaian perkara yang berfokus pada pemulihan hubungan antara pelaku, korban, dan masyarakat. Fokusnya bukan pada hukuman; lebih pada percakapan, tanggung jawab, dan pemulihan. Konsep ini berbeda dari sistem peradilan konvensional yang menghukum pelaku secara retributif.
Sejak UU No. 11 Tahun 2012, kepolisian, kejaksaan, dan sistem peradilan anak di Indonesia mulai menggunakan metode ini. Â Perkelahian antarwarga, pelanggaran lalu lintas, dan pencurian kecil sering diselesaikan secara damai tanpa proses pengadilan yang panjang.
 Keadilan yang Lebih Humanis
Untuk sebagian besar masyarakat, keadilan restoratif memberikan semangat baru. Musyawarah dan kesepakatan yang menguntungkan dapat menggantikan proses hukum yang biasanya panjang, mahal, dan membutuhkan banyak tenaga. Â Dalam banyak kasus, metode ini dapat menyelamatkan hubungan sosial yang mungkin hancur dan mencegah pelaku, terutama mereka yang masih di usia muda, dari stigma yang berlebihan.
Metode ini juga lebih menguntungkan korban. Korban seringkali hanya dianggap sebagai "saksi" dalam sistem peradilan konvensional, tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan kebutuhan atau luka emosionalnya. Korban memiliki peran penting dalam proses penyelesaian perkara dalam keadilan restoratif.
Risiko dan Tantangan di Lapangan
Namun, banyak orang yang mempertanyakan kredibilitas dan objektifitas metode ini. Apakah keadilan restoratif benar-benar menjamin keadilan atau hanya menjadi "kompromi murah" yang menguntungkan pelaku?
Potensi penyalahgunaan adalah masalah utamanya. Metode ini dapat disalahgunakan untuk membebaskan pelaku yang seharusnya diproses secara hukum jika tidak diawasi dengan ketat. Misalnya, kasus kekerasan dalam rumah tangga dapat diselesaikan secara damai, meskipun masih ada elemen kekuasaan dan kekerasan yang berulang.
Selain itu, implementasi keadilan restoratif sering kali tergantung pada kualitas aparat penegak hukum dan kesiapan masyarakat. Di wilayah-wilayah dengan budaya patriarki yang dominan, pendekatan ini dapat mengabaikan suara korban, terutama bagi perempuan.
Antara Solusi dan Kompromi
Oleh karena itu, pertanyaan tentang apakah keadilan restoratif merupakan solusi atau kompromi tidak dapat dijawab secara sederhana. Dalam beberapa situasi, ini bisa menjadi solusi yang lebih manusiawi dan sesuai konteks. Namun di sisi lain, keadilan restoratif juga dapat berfungsi sebagai kompromi yang mengaburkan prinsip-prinsip keadilan yang mendasar jika tidak didasari oleh kekuatan integritas dan pengawasan yang ketat.
Hal yang paling krusial adalah menciptakan kerangka hukum dan etika yang jelas untuk mengatur pelaksanaan keadilan restoratif. Diperlukan ada batasan mengenai jenis kasus yang dapat diselesaikan dengan pendekatan ini, serta mekanisme pengawasan yang melibatkan masyarakat sipil.
Penutup
Keadilan restoratif menawarkan kesempatan, namun juga membawa tantangan. Ini berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi tumpukan kasus di pengadilan, sekaligus menjadi tempat untuk memulihkan masyarakat. Tetapi, jika dilaksanakan tanpa hati-hati, pendekatan ini bisa menjadi jalan menuju kompromi yang justru melemahkan prinsip keadilan itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi seluruh elemen---masyarakat, penegak hukum, dan pembuat kebijakan---untuk terus memantau pelaksanaan keadilan restoratif agar tetap sesuai dengan tujuan mulianya: menghadirkan keadilan yang tidak hanya bersifat legal, tetapi juga berarti bagi semua pihak yang terlibat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI