Mohon tunggu...
Sa Dino
Sa Dino Mohon Tunggu... -

The smiling heart

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Revisi Disorientasi Mimpi

14 Desember 2013   14:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Derasnya air hujan menghunjam kebumi dengan membabi buta, memancarkan aroma tanah liat di temaram cahaya sepi. Ditrotoar mimpi malam itu aku benar-benar terhenyak dan terhentak. Aku tidak melihat ragaku hanya jiwa yang kosong melesat ditopang seluruh cakra yang berpendar di alam maya. Nyaliku ciut  dan kempes ketika jiwa melayang-layang melihat berbagai rupa dan imaji yang terhampar tanpa bentuk seakan diri ini lebur didalamnya. Mendekat, menjauh, muncul dan menghilang dalam rona. Kucari cahaya tapi tiada kudapati, kuraih benda tapi semua menepi. Aku gak ngerti lagi ada dimana, kukira ini di alam maya. Aku ini meraga sukma, di depan mata ada batas alam mimpi dan alam astral. Aku benar-benar penasaran ingin masuk kedalam. Sambil berdiri di depan pagar alam astral, berupa cahaya netral dan asap putih kehijauan aku memastikan diri punya kekuatan spiritual. Di alam seperti ini benar-benar penuh keraguan, antara kukuhnya iman kepada Tuhan dan realita magis di alam astral. Namun aku percaya semua makluk di alam manapun adalah dalam kuasa Tuhan. Jiwa melangkah setapak terlihat barisan ruh para binatang yang menghampar. Semua teratur dan terdengar berzikir menyebut Asma Alloh, bergelora dan membahana menggetarkan alam astral. Tiba-tiba sunyi senyap dan blank!hilang mimpiku...gelap gulita... Aku berlari dan berlari di sengkarut labirin mimpi, terdengar suara-suara keras! diiringi nyanyian anak-anak:"cleret tauuunn dadung dadungmu pedhott...cleret tauuunn dadung dadungmu pedhott...Konon lagu itu ciptaan seorang sunan di tanah Jawa yang diperuntukkan untuk anak-anak penggembala hewan ternak yang sedang berada di hutan, yang fungsinya adalah untuk menghalau mendung yang gelap atau agar tidak segera turun hujan. Biasanya diiringi dengan pembakaran ranting-ranting kering atau daun-daunan setengah kering sehingga menghasilkan asap yang sangat tebal. Sambil berlarian menggiring hewan ternak menuju rumah, mereka terus meneriakkan lagu dolanan tersebut, bagai mantra langit, sementara asap tebal yang membumbung seakan mennyangga awan gelap dan menahan hujan sampai para penggembala sampai dirumah bersama para hewan ternaknya...terhempas tembok. Raga dan sukma tiba-tiba menyatu dan menderu. Aku terbangun!! ternyata hujan sangat lebat dan terdengar suara Adzan Magrib!!!. Petir menyambar-nyambar...Duarrrr Duarrr..!!!. "Gandrik putune ki Ageng Selo" batinku bergumam. "Makanya jangan tidur di sore hari..." siapa itu yang berkata, aku gak ngerti, mungkin danyang alam astral tadi. The end.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun