Mohon tunggu...
Dinda Amalia Zahra
Dinda Amalia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Semoga tulisan-tulisan saya dapat memberikan manfaat dan menginspirasi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Idul Fitri Sebagai Momentum Kebahagiaan dan Kemenangan

4 April 2025   04:00 Diperbarui: 4 April 2025   02:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Fitri Sebagai Momentum Kebahagiaan dan Kemenangan

 

Dinda Amalia Zahra

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Email : dinda.amalia24@mhs.uinjkt.ac.id

  • Pendahuluan 

Ketika pasukan Muslim yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar pada tahun 711 M, mereka menghadapi tantangan besar. Di hadapan mereka terbentang tanah asing dengan pasukan yang lebih besar dan medan yang belum dikenali. Namun, alih-alih ragu atau gentar, Thariq mengambil keputusan yang mengubah jalannya sejarah: ia membakar kapal-kapal yang mereka gunakan untuk menyeberang. Dengan tindakan ini, ia menegaskan kepada pasukannya bahwa tidak ada jalan kembali. Satu-satunya pilihan adalah maju dan berjuang hingga meraih kemenangan.

Keputusan ini bukan sekadar strategi militer, tetapi juga lambang dari keberanian dan keyakinan. Dengan menghilangkan kemungkinan mundur, Thariq mengajarkan bahwa kemenangan sejati hanya datang ketika seseorang bersungguh-sungguh dalam perjuangannya, tanpa tergoda untuk kembali pada zona nyaman. Dan hasilnya? Pasukan Muslim berhasil menguasai Andalusia, membuka jalan bagi peradaban Islam yang berkembang di Eropa selama berabad-abad.

Dalam banyak hal, perjalanan Ramadhan dan perayaan Idulfitri mencerminkan kisah ini. Ramadhan adalah masa perjuangan, di mana setiap Muslim diuji untuk menaklukkan dirinya sendiri---melawan hawa nafsu, menahan lapar dan dahaga, serta memperbanyak ibadah. Setiap hari adalah pertempuran kecil, dan setiap malam adalah kesempatan untuk merefleksikan sejauh mana seseorang telah melangkah dalam perjalanan spiritualnya.

Kemudian, datanglah hari kemenangan: Idulfitri. Namun, seperti kemenangan Thariq yang tidak berhenti pada satu pertempuran, kemenangan sejati di hari Lebaran bukan sekadar kembali pada kebiasaan lama setelah sebulan penuh ibadah. Lebaran bukan sekadar perayaan, tetapi momentum untuk mengukuhkan perubahan. Seperti pasukan Thariq yang tidak memiliki jalan kembali, seorang Muslim idealnya tidak kembali pada kebiasaan lama yang bertentangan dengan nilai-nilai yang telah diperjuangkan selama Ramadhan.

  • Pembahasan

Kemenangan sejati bukan hanya tentang menikmati hasil, tetapi memastikan bahwa perubahan yang telah terjadi tetap bertahan. Lebaran adalah tanda bahwa seseorang telah melewati ujian, tetapi ujian yang lebih besar adalah bagaimana menjaga konsistensi setelahnya.

Seperti kisah Andalusia yang menjadi titik awal peradaban besar, Idulfitri seharusnya menjadi titik awal bagi setiap Muslim untuk terus memperbaiki diri. Kemenangan tidak hanya dirayakan, tetapi juga dijaga, agar ia tidak menjadi sekadar euforia sesaat, melainkan langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun