Orang Tua dan guru adalah figure-figur terdekat dari anak-anaknya atau murid-muridnya. Namun kedua figure ini mempunyai peranan yang sangat jauh berbeda sejak beberapa tahun belakangan ini. Hal ini seiring dengan perubahan pemahaman filosofi pemgasuhan dan pendidikan anak. Jika dahulu kita mengenal bahwa anak lahir adalah sebuah kertas putih yang siap untuk ditulis, maka pemahaman seperti inisudah dinyatakan ketinggalan jaman pemahaman tabula rasa lebih menenkankan pada faktor nurturing atau pengasuhan dan pendidikan dalm membesarkkan anak-anaknya. Anak-anak di anggap sebagai kertas putih yang siap ddi tulisi, anak anak bisa di cetak sebagaimana keinginan sistem pendidikan dan cita-cita para orang tua.
Namun pendekatan seperti ini kini sudah di anggap kurang manusiawi, karena bisa berdampak pada penekanan, pemeleteran bahkan pengkarbitan anak sejak masih dini sekali. Berbagai kegiatan mencerdaskan anak secara berlebihan hingga kita tidak tahu lagikapan harus berhenti, yang bisa jadi justru menyebabkan tindakan yang  abusing bagi anak.
Kini orang tua dan guru di hadapkan pada model pengasuhan dan pendidikan yang menghargai keunikan dan tumbuh kembang anak. Karena itu mendidik anak-anak masa kini bukanlah lomba balap agar anak menjadi super. Dalam menyikapi tunututan pendekatan masa kini, orang tua dan guru dituntut mampu mendampingi tahapan tumbuh kembang anak yang unik, baik secara fisik, emosional,sosial dan kognitif.