Identitas Buku:
Judul: Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis: Henry Manampiring
-
Penerbit: Kompas Gramedia
Tahun Terbit: 2018
Alasan Memilih Buku Ini
Saya memilih Filosofi Teras karena tertarik dengan konsep filsafat yang bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini saya mengira filsafat adalah sesuatu yang abstrak dan jauh dari kehidupan nyata. Namun, sejak banyak orang membicarakan buku ini sebagai “filsafat yang membumi”, saya merasa penasaran dan akhirnya memutuskan untuk membacanya.
Isi dan Inti Buku
Buku ini memperkenalkan kita pada filsafat Stoikisme—filsafat kuno dari tokoh-tokoh seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Inti dari ajaran Stoik yang dibahas di buku ini adalah kemampuan membedakan antara hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Penulis menjelaskan bahwa banyak dari penderitaan emosional kita berasal dari keinginan mengontrol hal-hal di luar kendali, seperti pendapat orang lain, masa lalu, atau kejadian tak terduga.
Henry Manampiring menggabungkan penjelasan filosofis dengan pengalaman pribadinya yang berjuang melawan depresi. Ini membuat narasi dalam buku terasa sangat manusiawi dan mudah dicerna. Ia menunjukkan bahwa ajaran Stoikisme tidak hanya relevan di zaman kuno, tetapi juga bisa menjadi alat bantu kesehatan mental di era modern.
Buku ini terbagi ke dalam beberapa bab yang masing-masing mengangkat satu prinsip Stoik. Mulai dari bagaimana menyikapi kemarahan, rasa cemas, hingga menghadapi orang yang menyebalkan. Bahasa yang digunakan ringan, tidak menggurui, dan banyak mengandung analogi yang sederhana tapi mengena.
Kelebihan Buku
Salah satu kekuatan buku ini adalah kemampuannya menjembatani pemikiran kuno dengan realitas kekinian. Penulis mampu menjelaskan konsep rumit dengan gaya bahasa yang santai dan dekat dengan pembaca. Banyak kutipan dari filsuf Stoik yang diikuti dengan interpretasi sederhana, sehingga tidak membuat bingung.
Selain itu, kejujuran penulis dalam membagikan kisah pribadi membuat buku ini terasa otentik. Pembaca seperti diajak berdialog, bukan hanya diberi kuliah. Ini membuat saya sebagai pembaca merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk mencoba mempraktikkan filosofi yang ditawarkan.
Kekurangan Buku
Meskipun banyak kelebihan, buku ini tetap memiliki kekurangan. Bagi pembaca yang sudah akrab dengan filsafat Stoik, beberapa bagian mungkin terasa repetitif. Penulis juga sering menyisipkan pandangan pribadinya yang, meski menambah warna, kadang terasa terlalu subjektif.
Namun demikian, kekurangan ini tidak terlalu mengganggu secara keseluruhan dan tidak mengurangi nilai penting dari pesan yang ingin disampaikan.
Kesimpulan
Filosofi Teras bukan hanya buku filsafat, tapi juga semacam buku pengembangan diri yang berakar pada pemikiran logis dan bijak. Buku ini mengajak kita untuk lebih rasional dalam menyikapi hidup, mengelola emosi, dan menerima kenyataan dengan lapang dada. Konsep “fokus pada apa yang bisa kita kendalikan” terdengar sederhana, tetapi sangat kuat bila benar-benar dipahami dan dijalankan.
Secara pribadi, saya merasa buku ini membuka perspektif baru dalam menghadapi tantangan hidup. Ia memberi semacam kerangka berpikir yang bisa membuat kita lebih tenang dan tidak mudah terpancing emosi. Menurut saya, Filosofi Teras sangat layak dibaca oleh siapa saja, terutama generasi muda yang sedang mencari pijakan dalam menghadapi tekanan hidup dan tuntutan zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI