Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Di Balik Gemerlap Cannes: Catatan Seorang Pengamat Amatir Film

14 Oktober 2025   16:23 Diperbarui: 14 Oktober 2025   17:43 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palais des Festivals, gedung utama tempat pelaksanaan Festival Film Cannes. Foto diambil tahun 2024. (Dokumentasi Pribadi)

Marche du Film menjadi denyut penting Festival Film Cannes, karena merupakan tempat para pebisnis dan insan perfilman 'berdagang' film. (Dokumentasi Pribadi)
Marche du Film menjadi denyut penting Festival Film Cannes, karena merupakan tempat para pebisnis dan insan perfilman 'berdagang' film. (Dokumentasi Pribadi)

Normalnya pelaksanaan Festival Film Cannes sebanyak 12 hari, karena tidak hanya ajang para artis untuk pamer busana di red carpet dan tempat para sineas dihadiahi berbagai penghargaan di podium seperti Academy Awards. 

Justru di festival film seperti inilah, terjadi berbagai aktivitas penting bagi para sineas untuk 'berjualan' film ke para distributor, produser, pebisnis dan orang-orang yang berkecimpung di dunia entertainment. Maka itu ada yang namanya Marche du Film, diartikan secara harfiah 'Pasar Film' yang merupakan denyut penting dari Festival Film Cannes. 

Pelaksanaan Marche du Film sebenarnya tidak hanya berlangsung di dalam Palais des Festivals, tapi ada juga yang dilaksanakan di hotel-hotel yang turut bekerjasama dengan festival dan menjadi tempat menginap para artis. Ada Hotel Martinez yang sering menjadi tempat menginap Bella Hadid, ada Le Majestic, ada juga Hotel Gray d'Albion yang pernah saya singgahi untuk menjadi penerjemah tim Wakil Gubernur DKI Jakarta ketika mengadakan pertemuan dengan insan perfilman dari Hong Kong dan Korea Selatan. 

Pertemuan tim Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan panitia Festival Film Busan di Hotel Gray d'Albion, Cannes 2025. (Dokumentasi Pribadi)
Pertemuan tim Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan panitia Festival Film Busan di Hotel Gray d'Albion, Cannes 2025. (Dokumentasi Pribadi)

Jika saya amati, berkecimpung di dunia industri perfilman merupakan dunia yang sangat dinamis. Selain bertemu banyak orang dari berbagai bangsa dan kalangan, kita banyak berbagi ilmu juga tentang bagaimana film itu menjadi sebuah komoditi dagang yang bisa menjual dan mengedukasi banyak orang. 

Jadi, industri ini tidak melulu soal gegap gempita dan hura-hura, seperti yang dilihat sebagian besar orang di layar kaca atau publikasi media massa. Tapi, karena film bisa membuat sebuah kota menjadi hidup, bergerak dinamis, menjadi pusat budaya dan pariwisata. 

Misalkan saja kota Busan. Dulu, kita semua tidak mengenal Busan. Tapi sekarang Busan menjadi salah satu kota berdaya tarik internasional berkat diselenggarakannya festival film tahunan. Dan itu juga berkat kerja sama aktif antara pemerintah kota setempat, para pebisnis dan kalangan sineas di negeri Ginseng. Setidaknya itu salah satu hal yang saya pelajari dari pertemuan di Marche du Film tahun ini. Yuk, Indonesia bisa yuk! ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun