Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Mau Berbelas Kasih Bukan Berbalas Kasih

15 Februari 2021   22:23 Diperbarui: 15 Februari 2021   22:45 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perikop inilah yang selalu mengingatkan saya ketika hendak berbagi dengan sesama. Hendaknya pemberian saya itu tulus tanpa mengharapkan imbalan atau balasan. Saya memang orang yang cepat terharu,apalagi menyaksikan yang demikian. Ketika melihatnya kumal,lusuh dan lemas saya langsung teringat dengan ayah saya, Meskipun  ayah saya masih sehat bugar.

Apa yang saya pikirkan ketika teringat dengan ayah saya? Bahwasanya orang tua butuh perhatian,butuh kasih sayang. Andaikan itu terjadi pada diriku,apa yang harus saya lakukan ? Tentu saja saya akan merawat dan melayaninya.

Nah,saya yakin bahwa mereka bapak yang menderita kusta itu juga berharap demikian. Mengharapkan belas kasih dari rang-orang yang menyaksikannya dipinggir jalan itu. Sungguh sesuatu yang mengharukan,tapi apa boleh buat saya belum mampu memberi seperti apa yang Tuhan inginkan. Saya hanya bisa berbagi rejeki sedikit kepadanya. Semoga ia bahagia dengan apa yang saya beri.

Di tengah pandemi ini dan bersamaan dengan kemajuan teknologi, timbul ragam penyakit yang akhirnya membuat kita hidup seperti orang kusta: terisolir, stress dan depresi. Orang pada jaman post-modern ini lebih banyak menderita sakit "kusta batin" daripada kusta fisik. Penderitaan kusta batin ini menyiksa hingga muncul kesepian, merasa tidak dicintai, tidak memiliki teman, merasa tidak dibutuhkan, dan tidak diperhatikan.

Orang yang sakit ini mungkin memohon kepada kita: "jika engkau mau, engkau dapat menyembuhkan aku". Apa yang bisa aku perbuat. Bagaimana aku bercompassio (berbelaskasih) terhadap mereka yang ada disekitarku ? Tentu saja kita mampu berbelas kasih terhadap yang lain. Bukan saja karena kita bergelimang harta maka kita mampu berbelas kasih melainkan karena dua hal ini,yakni :

1.Hendaklah kita saling membasuh kaki

Membasuh kaki bukan berarti mencuci kaki orang lain melainkan lebih pada kata saling mengasihi dan melayani. Kasih tidak mengenal jabatan atau kedudukan juga tak mengenal harta. Kasih itu tinggal dalam diri setiap orang sebagai warisan yang diterima dari Allah sendiri. Oleh karena itu kita wajib menjalankan tugas dan tanggung jawab kita sebagai penebar kasih.

2. Saling mengasihi.

Tidak mudah untuk melakukannya. Kita perlu mengasah rasa empati dalam diri kita dan meruntuhkan benteng-benteng perkasa yang menghalangi diri kita untuk mengasihi yang lain. Mungkin saja kita sering terjebak oleh harga diri kita yang terlalu tinggi sehingga enggan untuk mengulurkn tangan kepada mereka yang membutuhkan. Tidak usah sungkan,tidak ada kata terlambat untuk memulai yang baik.

So,jika kita menyadari karunia terbesar yang kita terima sebagai warisan dari Allah,tentu saja kita tak pernah mengharapkan balasan dari apa yang telah saya beri. Saya melakukan kebaikan itu berdasarkan belas kasih dan bukan untuk mendapatkan balasan.

Mother Teresa pernah berkata: tidak ada obat kecuali ada tangan yang mau melayani dan hati yang mau mencintai mereka. Jadi,Kita dipanggil untuk menjadi saluran cinta Allah untuk sesama. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun