Mohon tunggu...
Dina Fitria I
Dina Fitria I Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya

23 April 2017   11:16 Diperbarui: 23 April 2017   20:00 35086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan globalisasi mau tidak mau akan membuat makin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang syarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya, bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka makna kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saya. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secar kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.

Pesatnya laju teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi saran difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga sarana alternatif pilihan hiburan yang beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak tertarik lagi menikmati kesenian tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya, kesenian wayang orang Bharata di gedung wayang orang Bharata Jakarta yang kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Namun, ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Misalnya seni ketoprak yang dipopulerkan dilayar kaca oleh kelompok Srimulat.

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah pada memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Buadaya Indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong royong, sopan berganti dengan budaya Barat. Misalnya pergaulan bebas pada remaja. Dengan meniru budaya barat yang mengenakan pakaian minim dan ketat dengan memamerkan bagian tubuh tertentu, seks bebas, dan penggunaan narkoba. Selain itu, dulu anak-anak remaja masih banyak yang berminat belajar kesenian-kesenian daerah setiap harinya. 

Saat ini, ketika perkembangan teknologi semakin maju, kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat. Bahkan hanya dapat disaksikan di TV atau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saja. Padahal jika dikelola dengan baik kebudayaan-kebudayaan tersebut dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dan juga menjadi ladang pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Anak muda sekarang lebih suka menggunakan bahsa Indonesia dengan dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu, kita juga sering mendengar anak muda yang berbicara bahasa Indonesia dicampur-campur dengan bahasa Inggris, seperti “OK, no problem, dan yes”, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun. Hal-hal tersebut tidak mencerminkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri.

  • Cara Mengantisipasi Adanya Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksaan, Khususnya pemerintah dalam rangka keprluan turisme, politik, dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian radisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. 


Dengan demikian, tantangan yang dihadapi kesenian tradisional cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikas yang modern dan canggih ini masyarakat dihadapkan pada banyaknya alternatif pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Untuk menghadapi hal-hal tersebut ada beberapa alternatif cara mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya yang justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

3. Penutup

  • Kesimpulan

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Oleh karena itu, perlu dipertahankan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan menyaring budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Kesenian adalah kekayaaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda yang merupakan pewaris budaya bangsa hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

  • Saran

Untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa. Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya derah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya. Masyarakat juga perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif. Dan harus berhati-hati dalam meniru dan menerima kebudayaan baru agar tidak menghilangkan budaya Indonesia sebagai jati diri bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun