1. Pengertian “The Will to Power”
Konsep "The Will to Power" (Der Wille zur Macht) dalam filsafat Friedrich Nietzsche adalah konsep inti. Meskipun secara harfiah diartikan sebagai "kehendak untuk menguasai," maknanya jauh lebih kompleks daripada sekadar ambisi untuk memperoleh kekuasaan sosial atau fisik.
Nietzsche percaya bahwa dalam semua bentuk kehidupan terdapat semacam energi vital yang mendorong individu untuk:
- Mengatasi kelemahan,
- Melampaui batas diri, dan
- Menciptakan makna sendiri di dunia yang tidak memiliki makna mutlak.
Singkatnya, "The Will to Power" menggambarkan kekuatan dalam diri yang mendorong pertumbuhan individu, inovasi, ketekunan dalam menghadapi kesulitan, dan usaha untuk mencapai potensi sepenuhnya.
2. “Ja Sagen” – Menyatakan “Ya” pada Kehidupan
Dari konsep The Will to Power, Nietzsche melahirkan sikap yang disebut sebagai “Ja Sagen” (bahasa Jerman, berarti to say yes atau “menyatakan ya”).
Ja Sagen merupakan sikap penerimaan kehidupan sepenuhnya, termasuk penderitaan, kegagalan, dan kekacauan tanpa memasukannya kedalam kategori “baik” ataupun “buruk”. Nietzsche menolak cara berpikir yang memandang dunia dalam perbedaan yang jelas (seperti pemisahan moral antara baik–buruk, bersih–kotor, atau surga–neraka). Sebaliknya, ia mendorong seseorang untuk mengakui eksistensi sebagaimana adanya (Bejahung des Lebens) menerima realitas secara utuh tanpa penilaian.
3. Hubungan dengan “Amor Fati”
"Amor Fati" (mencintai takdir) merupakan wujud tertinggi dari "Ja Sagen". Nietzsche tidak hanya mendorong penerimaan hidup secara utuh, tetapi juga mencintai setiap aspeknya termasuk penderitaan dan kesedihan, sebagai sesuatu yang indah dan bermakna.
Seperti yang dinyatakan Nietzsche:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!