Era digital bisa dikatakan sebagai era yang mempermudah segala aktivitas. Kecipratan pula kemudahan itu kepada para penikmat buku. Semula hanya menumpuk buku sehabis dibaca, kini setelahnya bisa nyambi dijual satu per satu. Mudah lagi! tinggal potret, upload, terjual.
Jadi cukup luas, toko buku online berasal dari: (1) toko buku fisik - orang yang sebelumnya sudah memiliki toko dan menjalankan usaha buku, (2) kolektor / pencinta buku - orang yang memiliki koleksi buku dan ingin dijual kembali, (3) orang umum - yang membeli buku untuk dijual kembali.
Toko buku online yang berasal dari kolektor atau orang umum, biasanya memang mengandalkan tempat seadanya yang dimiliki. Dari mulai rumah, sampai gudang penyimpanan khusus.
Maka dari itu terbatas. Sebab, ada yang menjadikan aktivitas penjualan buku online tersebut sebagai pekerjaan sampingan. Artinya, melayani (seperti mengirim buku) setelah pekerjaan utama selesai. Alhasil, jika ada yang mau berkunjung, pasti ditolak halus atau harus buat janji lebih dulu.
Pengalaman Saya Soal Operasional Toko Buku Online
Kalau dari pengalaman saya selama bangun usaha toko buku online, secara fisik sama saja. Buku tertata rapi dengan rak-rak. Bagian ruangan pun disesuaikan, seperti untuk packing, print resi, dan aktivitas administrasi / pemasaran dengan laptop + lengkap meja dan ATK.
Secara operasional saja yang memang berbeda. Selain, karena sibuk pemasaran, packing, dan mengantar paket ke gerai, ruangan sudah ditata khusus untuk aktivitas internal, jadi agaknya kurang nyaman kalau ada yang berkunjung. Biasanya, kunjungan akan saya ganti dengan ketemuan di lokasi tertentu dengan pelanggan yang butuh buku cepat atau mau lihat langsung.
Hadirnya Pasar Online Membuka Lapangan Pekerjaan
Boleh saja dibilang ghoib, tapi siapa sangka kalau aktivitas pasar online mampu membuka lapangan pekerjaan?
Beberapa pekan lalu, saya berbincang dengan pelapak buku bekas, yang juga menjalankan usahanya full secara online saja.
Sebelum usaha buku, beliau merupakan orang yang berprofesi sebagai driver ojek online. Di rumah, sang istri membantunya dengan berjualan makanan. Kegiatan tersebut diimbangi, semisal aktivitas ojek sedang sepi maka ia akan memilih membantu istrinya berjualan.
Kebutuhan yang banyak, belum lagi memiliki tanggungan tiga anak yang masih bersekolah. Membuatnya kelabakan mencari pemasukan, yang kalau ditafsirkan dari profesinya tidak pernah tercukupi dan terus kekurangan.