Mohon tunggu...
Dina Amalia (Kaka D)
Dina Amalia (Kaka D) Mohon Tunggu... Penulis, Bouquiniste

~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup dalam edisi khusus bekas + bekas | Kebanyakan buku, sesekali mlaku-mlaku | dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Gairah Sejarah dan Berbahasa

21 September 2025   18:43 Diperbarui: 22 September 2025   17:33 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dok. Pribadi / Dina Amalia (Penjelasan Peta Bahasa - Buhaya)

Karena hubungannya yang amat dekat, Bahasa Sunda di daerah Cirebon tidak terhindar dari pengaruh Bahasa Jawa-Cirebon, yang umumnya terdapat di bidang fonologi dan kosakata."

Sumber Foto: Dok. Pribadi / Dina Amalia (Buku Bahasa Sunda di Daerah Cirebon hal 110)
Sumber Foto: Dok. Pribadi / Dina Amalia (Buku Bahasa Sunda di Daerah Cirebon hal 110)

Dalam bagian Bahasa Sunda juga diungkap, bahwa terdapat perbedaan kecil antara Bahasa Sunda Cirebon dengan Bahasa Sunda Lulugu, seperti adanya penghilangan bunyi, hingga penambahan kata. Misalnya, ada gejala menambah akhiran -na pada kata yang berakhir -na: bukuna jadi bukunana, artinya 'bukunya', ayona jadi ayonana, artinya 'sekarang'. Nah! Saya akhirnya tahu, sebab selama ini bertanya-tanya akan perbedaannya.

Peta Bahasa 

Mari belajar bahasa! Saya bertamu pada halaman terpanjang 'Peta-peta Mandiri' yang memberikan gambaran mengenai keadaan kebahasaan yang (agak) khas di daerah Cirebon.

Eh, mata saya langsung terpeleset pada poin 12 yang sedang menguliti kata BUHAYA 'buaya':

"buaya -- 01-04, 18, 78-9, 91.
budaya -- 05-14, 16-7, 19-20, 22-77, 80-90, 91, 92-4.

Kata buhaya pertama kalinya ditemukan pada prasasti Kebantenan 2 (abad ke-15), dan menunjuk kepada pejabat yang tugasnya memungut pajak di Pelabuhan. Apakah sebutan itu tidak disebabkan oleh adanya persamaan sifat antara buaya dengan pemungut pajak, yaitu keduanya suka 'memangsa' orang?"

Saya nyimak sambil makan, keselek bacanya. Nahloh! Keterangan berlanjut, "Mengingat bahwa di dalam naskah-naskah yang lebih muda tidak pernah lagi dikenal istilah buhaya yang menunjuk kepada jabatan itu, maka besar kemungkinannya bahwa buhaya prasasti Kebantenan 2 itu merupakan istilah yang lahir berdasarkan penyifatan seperti itu". Demikian rupanya, bermakna utama menunjuk kepada 'buaya'. Yah, padahal saya sudah sangat set....

Sumber Foto: Dok. Pribadi / Dina Amalia (Penjelasan Peta Bahasa - Buhaya)
Sumber Foto: Dok. Pribadi / Dina Amalia (Penjelasan Peta Bahasa - Buhaya)

Entahlah, kenal peta bahasa semakin bergairah mempelajarinya. Saya lanjut membaca hingga tertarik pada poin kata ke-65, kata CACAH 'rakyat':

"Di lingkungan masyarakat Cirebon, keluarga batih terbagi menjadi dua kelompok. (1) yang berdasarkan keturunan memiliki atau dipercaya menggarap tanah negara, disebut sikep. (2) ialah mereka yang tidak memiliki tanah negara itu, disebut cacah." Seru juga belajar bahasa! Buku dan padanan kosakata boleh saja dibilang tua, tapi tetap menjadi baru bagi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun