Karena hubungannya yang amat dekat, Bahasa Sunda di daerah Cirebon tidak terhindar dari pengaruh Bahasa Jawa-Cirebon, yang umumnya terdapat di bidang fonologi dan kosakata."
Dalam bagian Bahasa Sunda juga diungkap, bahwa terdapat perbedaan kecil antara Bahasa Sunda Cirebon dengan Bahasa Sunda Lulugu, seperti adanya penghilangan bunyi, hingga penambahan kata. Misalnya, ada gejala menambah akhiran -na pada kata yang berakhir -na: bukuna jadi bukunana, artinya 'bukunya', ayona jadi ayonana, artinya 'sekarang'. Nah! Saya akhirnya tahu, sebab selama ini bertanya-tanya akan perbedaannya.
Peta BahasaÂ
Mari belajar bahasa! Saya bertamu pada halaman terpanjang 'Peta-peta Mandiri' yang memberikan gambaran mengenai keadaan kebahasaan yang (agak) khas di daerah Cirebon.
Eh, mata saya langsung terpeleset pada poin 12 yang sedang menguliti kata BUHAYA 'buaya':
"buaya -- 01-04, 18, 78-9, 91.
budaya -- 05-14, 16-7, 19-20, 22-77, 80-90, 91, 92-4.Kata buhaya pertama kalinya ditemukan pada prasasti Kebantenan 2 (abad ke-15), dan menunjuk kepada pejabat yang tugasnya memungut pajak di Pelabuhan. Apakah sebutan itu tidak disebabkan oleh adanya persamaan sifat antara buaya dengan pemungut pajak, yaitu keduanya suka 'memangsa' orang?"
Saya nyimak sambil makan, keselek bacanya. Nahloh! Keterangan berlanjut, "Mengingat bahwa di dalam naskah-naskah yang lebih muda tidak pernah lagi dikenal istilah buhaya yang menunjuk kepada jabatan itu, maka besar kemungkinannya bahwa buhaya prasasti Kebantenan 2 itu merupakan istilah yang lahir berdasarkan penyifatan seperti itu". Demikian rupanya, bermakna utama menunjuk kepada 'buaya'. Yah, padahal saya sudah sangat set....
Entahlah, kenal peta bahasa semakin bergairah mempelajarinya. Saya lanjut membaca hingga tertarik pada poin kata ke-65, kata CACAH 'rakyat':
"Di lingkungan masyarakat Cirebon, keluarga batih terbagi menjadi dua kelompok. (1) yang berdasarkan keturunan memiliki atau dipercaya menggarap tanah negara, disebut sikep. (2) ialah mereka yang tidak memiliki tanah negara itu, disebut cacah." Seru juga belajar bahasa! Buku dan padanan kosakata boleh saja dibilang tua, tapi tetap menjadi baru bagi saya.