Penulis: Dina Amalia
Sources: Pengalaman Pribadi -- Interaksi Customer
Kalau dengar kata bekas, biasanya pikiran kita langsung tertuju pada kata murah. Bahkan, apapun itu barangnya. Sebab, nggak akan meleset dari kondisi pernah dipakai dan sedikit-banyak pasti memiliki minus.
Tapi, pernahkah dirimu sangka, kalau ada barang versi bekas yang justru lebih diminati jika berharga mahal ketimbang murah?
Buku menjadi salah satunya. Ketika daya tarik buku versi bekas memancar di pasaran, banyak hal tak terduga yang terjadi, bahkan di luar dari prediksi. Semula terlintas/terlihat "nggak mungkin", tapi menjadi nyata di depan mata. Ialah soal harga.
Buku berharga murah, tentu menjadi surga bagi pembaca setia. Sekalipun dalam versi bekas -- diskon, bundling, tawar-menawar, dan flash sale menjadi momen rutin penting yang dimanfaatkan saat berburu buku.
Namun, sisi itu rupanya hanyalah sebagian saja, nggak berlaku bagi pencinta buku lainnya. Alias, yang 'berharga murah' itu justru sangat dicurigai dan enggan dibeli.
*Mari melihat sisi tersembunyi dunia perbukuan, yang mungkin belum pernah dirimu dengar sebelumnya*
Niat Majang Harga Murah Biar Laku, Malah Ditawar Ratusan Ribu
Jauh sebelum nyemplung ke dunia buku. Saya bertemu pelapak buku bekas perempuan, sedang mengemas buku yang tipis dengan rapi. Hanya iseng bertanya, "ada pesenan berapa Mba?" jawabnya "1 buku aja nih, 300 ribu," saya pun kaget, pikir saya 'buku tipis kok ada yang mau sampai semahal itu'.
Beliau bercerita, "jual buku bekas murah mah gak dilirik. Tadinya buku ini cuma dijual 50 ribu, tapi gak laku. Akhirnya dinaikin, eh malah ada yang minat 300 ribu."
---