Siapa yang hafal lagu MAJU TAK GENTAR...Â
Supaya ga lupa atau takut ada yang lupa, padahal ini lagu adalah lagu wajib nasional
Sudah saya tulis kembali saja yah!
Maju Tak Gentar
(Lagu Wajib Nasional)
Maju tak gentar
Membela yang benar
Maju tak gentar
Hak kita diserang
Maju serentak
Mengusir penyerang
Maju serentak
Tentu kita kita menang
Reff :
Bergerak bergerak
Serentak Serentak
Menerkam Menerjang Terkam
Tak gentar tak gentar
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Apa kira-kira relevansinya lagu tersebut untuk zaman sekarang?
Tentu ada yah kan? Apalagi bagi sobat muda
Yang konon katanya saat ini anak muda kita disebut GEN-ZÂ
Tapi tolong yah, boleh kalian jadi Gen-Z, generasi masa kini
Tapi taukah anda tentang peristiwa 6 Jam di Yogya?
Saya disini tidak akan menuliskan kembali sejarah itu
Karena banyak tulisan yang seharusnya kita sudah baca dan tinggal
baca saja
Kali ini bagi kalian saya akan sharing tentang pengalaman saya
Mengantar anak pertama saya yang mungkin dikategorikan bagian dari Gen-Z itu
Saya menyebutnya dengan 6 Hari di Yogya, looh kok malah jadi lama, molor atau lola alias lelet
Bukannya harus ada kemajuan yaitu 6 menit atau 6 detik?
Tidak, saya jawab tidak ke teman Sosmed saya ketika bertanya atau komentar judul itu.
Ya generasi sekarang meskipun secara kreativitas lebih maju dari orangtua kita zaman dulu
Tapi dari sisi jangkauan jangka panjang, visi ke depan dan bicara peradabanÂ
Maka orang tua kita zaman dahulu sedikit maju dari sisi itu daripada anak muda zaman sekarang.
Apa buktinya?
Ini dia buktinya;
PERTAMA: Orangtua atau orang zaman dulu telah melakukan langkah yang tepat yakni lebih mementingkan kehidupan akhirat dari pada dunianya, bukan berarti tidak perlu dengan dunia, dia mengambil bagian dari dunia sesuai dengan haknya sesuai dengan porsinya. inilah poin pertama kelebihan orangtua kita zaman dahulu, mereka tampak lebih religius.
KEDUA: Orangtua atau orang zaman dulu telah melakukan langkah yang tepat yakni lebih mengutamakan kehidupan yang natural atau alami daripada yang pabrikan atau buatan, nah ini penting dimana dimasa saat ini yang serba instan manusia semakin enggan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya pemberdayaan lingkungan,kebersamaan dan gotong-royong semakin redup dan semakin ditinggalkan.
KETIGA: Orangtua atau orang zaman dulu telah melakukan langkah yang tepat yakni lebih memadukan aspek atau komponen-komponen kehidupan secara terpadu dan seimbang, bukan melakukan secara parsial dan spesifik, makanya tidak sedikit orang tua kita atau guru kita di masa lalu banyak yang punya beragam talenta (multy talent), beda dengan zaman sekarang.Â
Dengan menemani enam hari di Semarang, saya bisa mengeskplor dari berbagai hal mulai dari kepribadian anak saya yang akan melakukan studi di UNDIP, dari kampus UNDIP itu sendiri, lingkungan UNDIP dan sekitar UNDIP, dari kota Semarang maupun Jawa Tengah secara keseluruhan. Yang secara kultur tentu berbeda dengan tempat sebelumnya, dimana saya dan anak saya dibesarkan yaitu Jawa Barat.
Selamat menempuh hidup baru anandaku khususnya, ananda kami, para MABA (Mahasiswa Baru) dari berbagai daerah, jurusan dan kampus di seluruh tanah air Indonesia (Kampus Nusantara). Semoga kalian semua menjadi generasi muda penentu kemajuan bangsa, esktafeta kepemimpinan lokal dan nasional, penggerak generasi milenial (Gen-Z), pemberdaya masyarakat khususnya kampus, dan atau sekitarnya.
Jadilah kalian perekat keumatan dan kebangsaan, jangan malah sebaliknya pemecah persatuan dan kebangsaan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kalian harus menjadi Generasi Indonesia Baru di era Baru, di era Bonus Demografi Indonesia. Jadilah insan paripurna (insan kamil), mahasiswa yang PATRIOTIK, KREATIF dan SOLID atau SETIA KAWAN, seperti tergambar dalam lagu di atas,lagu yang menggambarkan bagaimana para pahlawan dan rakyat Indonesia berjuang selama 6 jam di Yogya, yang tujuannya hanya ingin menunjukan kepada dunia bahwa INDONESIA masih ada, masih hidup, jika diserang maka slogannya adalah antara dua MERDEKA atau MATI,Â
Sebagai calon generasi muda yang BERDIKARI, KREATIF dan KEREN, selepas jadi mahasiswa UNDIP nanti, kalian layak menyandang pemuda itu. Apalagi mereka mahasiswa yang berasal dari Bekasi Jawa Barat kalian ingat dengan pahlawan nasional dari tempat asal kalian yaitu KH. NOER ALIE dan kalian kenal pahlawan tempat kalian menimba ilmu sekarang yaitu PANGERAN DIPONEGORO, jika kalian gabungkan semangatnya maka kalian layak menjadi pewaris negeri ini, pewaris para nabi, dan pewaris peradaban. Wallahu 'alam. [DM]
Tembalang, 27 Juli 2017