Mohon tunggu...
Dimas Saputra
Dimas Saputra Mohon Tunggu... -

a simple man with a simple lough

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soal “Menjinakkan” dengan SWOT

19 Juli 2010   18:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:45 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SWOT, bagi mahasiswa fakultas sosial ataupun mereka yang pernah bergelut dalam dunia organisasi atau administrasi sedikit banyak pasti akrab dengan istilah ini.  SWOT adalah salah satu metode analisis planning strategic yang biasa digunakan dalam organisasi atau semacamnya yang fungsinya mengevaluasi, membaca potensi, dan penciptaan strategi untuk bergerak kedepan dengan melihat dalam aspek Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats.  Metode ini mulai disahkan dan diakui sebagai salah satu metode analisis organisasi pada tahun 1960an di Stanfors University oleh Albert Humphrey. (sumber:Wikipedia.com) Membaca organisasi dengan SWOT kita akan melibatkan faktor ekternal dan internal dari organisasi itu sendiri.  Faktor internal akan diwakili oleh Strength dan weakness.  Strength merupakan kekuatan yang dimiliki secara internal, sifatnya dapat berupa sumber daya yang bersifat soft ataupun kelengkapan yang sifat hard yang berpotensi menjadi senjata dalam menentukan strategic planning.  Weakness, juga dilihat dari sisi internal organisasi.  Merupakan antitesa dari kekuatan yang seharusnya dimiliki oleh organisasi dalam menentukan strategic planning.  Weakness biasanya berupa ketiadaan sumber daya yang bersifat soft dan juga hard.  Faktor eksternal dalam SWOT diwkili oleh Opportunity dan juga Threat.  Opportunity merupakan peluang atau kesempatan yang bergerak di luar organiasi yang ketika dapat dimanfaatkan secara maksimal akan sangat menentukan goal dari organisasi tersebut. Sedangkan threat adalah kebalikan dari opportunity.  Threat sebaiknya dibaca secara detail dan mendalam bahkan sampai hal yang bersifat remeh temeh.  Threat jika tidak diantisipasi sangat berpotensi menghambat proses penciptaan goal dari organisasi.  Threat terkadang datang secara tak diduga, karena kondisinya memang ada proses yang bergerak dinamis di sisi luar organisasi, ini pun berlaku untuk opportunity.  (dari banyak sumber) Lazimnya, SWOT memang digunakan untuk membaca sebuah organisasi dan menciptakan rancangan strategic planning untuk mencapai target yang ditetapkan organisasi tersebut.  Lalu bagaimana jika SWOT ini diterapkan untuk case yang berbeda.  Misalnya dalam hal asmara.  Saat saya masih kuliah, saya dan beberapa teman memiliki sebuah kebiasaan atau mungkin juga dapat disebut sebagai sebuah ritual tahunan.  Ritual yang hampir selalu dilakukan ketika masuk ajaran baru.  Lebih tepatnya beberapa minggu pasca OSPEK mahasiswa diadakan.  Ritual ini juga terkadang dilakukan secara isidental jika memang ada hal yang perlu dipecahkan.  Ritual ini kami sebut dengan istilah “PEMBACAAN”.  Pembacaan, yang dari kata “baca” disni berarti mencoba untuk memahami sesuatu hal atau peristiwa yang sedang atau sudah berlangsung. Mungkin istilah “pembacaan” akan menjadi begitu berat dipikirkan jika kita mengkait-kaitkan dengan hal yang berbau pergerakan mahasiswa dan kawanannya.  Pembacaan yang kami lakukan, tidak lebih dari membaca kontelasi politik asmara yang muncul akibat datangnya mahasiswi-mahasiswi baru yang di istilahkan “fresh from the oven” atau biasa sebut “kupat” oleh beberapa teman mahasiswa di kampus saya waktu itu (mungkin sampai saat ini istilah “kupat” masih (sangat) popular) ataupun pembacaan mengenai female new comers dalam hidup kami.   Pembacaan konstelasi asmara bagi kami menjadi (agak) penting untuk di lakukan untuk menjaga dinamisasi hubungan antar lelaki agar tidak saling rebutan lahan dan wilayah jajahan.  Memang awalnya hanya sebagai “lucu-lucuan” dikala senggang dan melepas penat dari hingar bingar masalah tugas, kuliah dan tetek bengeknya.  Tapi berawal dari ke isengan kami dalam melakukan pembacaan, kami akhirnya menemukan ide (yang saat itu kami anggap brilliant) dalam menjinakan lawan jenis.  SWOT, adalah metode yang kami coba kami adopsi secara sederhana dan agak serampangan untuk mencoba mencapai tujuan kami saat itu.  Dimana tujuannya tidak lebih jauh dari mendapatkan pasangan.  Ini karena sebagian dari kami saat itu masih berstatus “single”. Dalam melakukan analisis SWOT (asmara), hal yang pertama dilakukan adalah menentukan target.  Taget disini apa lagi kalau bukan perempuan yang hendak kami jinakkan (penggunakan kata ‘jinakkan’ sepertinya lebih enak dibaca ketimbang ‘taklukan’).  Setelah target ditemukan, masuklah kita dalam proses gathering data.  Terutama data-data valid soal di target.  Data-data ini banyak variannya, bahkan yang tidak oleh orang lain pun dapat menjadi begitu penting bagi kami.  Merujuk metode SWOT Data-data soal target nantinya akan kami pilah kedalam dua hal, yaitu data yang bersifat opportunity dan data yang bersifat threat.  Dalam pengumpulan data si target tentunya kita butuh informan yang sangat dipercaya dalam validitas infomasi yang diperlukan.  Ambil saja teman dekat target, atatupun teman yang kurang dekat untuk dapat lebih variaan data. Setelah data target dirasa cukup, mulailah proses pembacaan dimulai.  Pertama dengan membaca strength yang dimiliki si pemburu target.  Saya beri contoh soal pembacaan yang pernah kami lakukan pada seorang teman, sebut saja namanya Masmon.  Ini data strengths yang dimiliki:

  • Lucu
  • Mudah bergaul
  • Perhatian
  • Aktif dalam kegiatan kampus
  • Bisa menahan emosi
  • Jago main futsal dan bulu tangkis
  • Penyabar

Kedua, pembacaan soal weaknesses yang dimiliki si pemburu, masih contoh kasus Masmon.  Berikut datanya:

  • Kualitas wajah biasa saja. Tinggi tapi kerempeng.
  • Kere, sering kekurangan uang, dan hobi menghutang
  • Tidak punya kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitas mereka dalam menjalin hubungan
  • Peminum (jika tidak dapat dikatakan pemabuk)
  • Tidak menonjol dalam hal akademis
  • Jarang mandi
  • Jarang rapih,
  • Sering lebay sehingga tak dapat memposisikan diri di hadapan pujaan hati
  • Kurang pede, dan masih banyak lagi

Setelah pembacaan faktor internal dari poemburu selesai dilakukan.  Sekarang giliran membaca data dari si target.  Seperti yang dikatakan diawal, data dari target akan dimasukan dalam wilayah eksternal, yaitu opportunity dan juga threat.  Masih dalam kasus Masmon dalam usaha menjinakan targetnya, kami membaca beberapa hal, yaitu: Opportunities:

  • Punya banyak teman yang bisa membantu
  • Diuntungkan karena aktif di kegiatan yang sama
  • Target masih jomblo
  • Target juga senang olah raga yang sama dengan pemburu

Treats:

  • Zaman yang makin modern yang sulit diimbangi si pemburu
  • Jurang ekonomi yang cukup jauh
  • Banyak saingan
  • Jarak tempuh ketempat target yang jauh kalo jalan kaki

Dari pembacaan soal strength, weakness, opportunity, dan juga threat tersebut kita akan masuk dalam tahap berikutnya, yaitu analisa.  Analisa sama seperti lazimnya analisis SWOT yang sesungguhnya, yaitu dengan membenturkan hasil pembacaan-pembacaan tadi menggunakan metode saling silang, atau jika digambarkan seperti ini: Dari gambar diatas pasti terbayang bagaimana cara kami memperlakukan data yang kami peroleh saat itu.  Disini saya tidak akan menjelaskan apapun soal hasil analisanya.  Ini karena bersifat rahasia dan tidak baik jika dipublikasikan.  Tapi jika pembaca ingin analisa sendiri silahkan, gunakan intepretasi berdasarkan contoh data yang ada pada paragraf sebelumnya. Tahap terakhir dari analisa ini adalah penentuan strategi.  Jadi, setelah proses analisa dengan cara membenturkan faktor internal dan eksternal sudah dilakukan sesuai skema, selanjutnya akan muncul kesimpulan-kesimpulan dari pembacaan kita.  kesimpulan ini biasanya beragam dan tidak hanya satu.  Lalu dari kesimpulan-kesimpulan yang didapat, kita akan berpikir lagi untuk menentukan strategi apa yang cocok untuk dilakukan.  Sesudah strategi dirumuskan, lantas apa lagi jika bukan di laksanakan.  Ingat, dalam pelaksanaan strategi pemburu tetap harus siap berimprovisasi atas hal-hal yang tak terduga atau lepas dari pembacaan awal.  Sehingga, dalam prosesnya, pemburu tetap harus di dampingi oleh rekan-rekan sejawat, terutama yang membantu proses “pembacaan”.  Jika strategi tepat dan improvisasi atas hal tak terduga dilakukan dengan tepat, maka, atas ijin Tuhan, target akan jinak dan goal tercapai. Demikianlah, salah satu pembelajaran yang saya dapat dimasa senggang kuliah bersama teman-teman saya.  Satu hal yang perlu diingat, ritual yang saya lakukan hanya sekedar iseng tapi ternyata agak bermanfaat, terutama bagi saya pribadi, dan semoga demikian juga teman-teman saya yang dengan iseng bersama-sama merumuskan cara alternatif dan (mungkin) dianggap ilmiah dalam meraih pasangan dalam konteks hubungan asmara.  Tulisan ini pun saya buat untuk sekedar iseng karena tiba-tiba saya rindu dengan masa kuliah, dan ritual “pembacaan” ini menjadi salah satu yang saya rindukan dari kerinduan saya untuk mendengarkan dosen mengajar dan memberi setumpuk tugas dan juga tidak lupa UJIAN. Buena suerte. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun