"Sabtu siang bisa kumpul?"
"Ada apa?"
"Ada yang mau dibicarakan, tapi jangan di rumah," jawabnya sembari kumenaruh cangkir di atas meja.
"Boleh," jawab saya.
Lalu ia menyebut sebuah tempat yang lokasinya tidak jauh dari rumah keluarga kami yang dihuni para dedengkot mantan bankir dan ekonom. Kusebutkan bahwa bankir dan ekonom tersebut berada pada level biasa-biasa saja supaya kau tidak salah menilai keadaan dengan berlebihan. Dan di antara kami, belum pernah ada yang datang ke tempat itu.
Tempat yang dituju adalah Second Life Cafe and Eatery by JogloAlit, kafe sekaligus tempat makan. Lokasinya ada di Jalan M. Nasir No. 10 A, Bendungan, Cilodong, Depok. Siang itu perjalanan saya ke sana ditemani gerimis kecil-kecil yang jika jarak perjalanan terlalu jauh, akan membuat kuyup juga.
Sesampainya di sana, hujan mereda. Lapangan parkir yang luas dan pintu masuk yang lebar, mungkin dua mobil bisa masuk bersamaan, menyambut kami. Tadinya mau parkir di depan, tetapi setelah melihat situasi yang masih sepi dan motor bisa parkir di dalam, saya masuk dan memarkirkannya di sana.
Tempatnya sangat luas. Antara bangunan dan halaman, lebih luas halaman. Ada dua bangunan yang berbeda arsitekturnya. Satu semacam kafe, satu semacam rumah makan joglo modern. Di tambah dua pendopo lesehan dan satu pendopo luas dengan kursi-kursi. Ada juga tempat duduk berbentuk tangga terbuat dari semen. Kami bingung harus ke mana. Untung seorang perempuan cantik menghampiri kami dan memberi arahan untuk memesan makanan.
"Duduknya bebas di mana saja. Untuk memesan makanan dan minumannya di sini," jawabnya saat kami tanya sembari memilih menu. Tak lama kemudian, datang serombongan keluarga dan kepala keluarganya bertanya sama seperti pertanyaan kami. Luasnya tempat, memang membuat bingung pengunjung yang belum pernah datang ke sini.
Kami memilih tempat di luar di sebelah kolam karena cuaca sehabis hujan yang mendung dan tidak panas. Kami duduk di bawah langit dengan sedikit ranting yang berdekatan.