Mohon tunggu...
Dimas Prasetyo
Dimas Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Menulis adalah mengeluarkan energi yang negatif dalam diri dan dijadikan sebuah rangkaian kata yang menjadi kalimat per kalimat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Opor Ayam Tetangga

4 Juni 2019   10:39 Diperbarui: 4 Juni 2019   10:39 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : https://www.flickr.com 

Ibu lastri juga bekerja sebagai pedagang cabai di pasar yang jaraknya cukup jauh dari kampung ini, jadi harus pagi pagi sekali untuk bisa mencapai pasar sebelum matahari muncul dan kak ayu harus membantu ibu lastri hingga sore hari, lalu belanja unutk kembali berjualan di esok hari dan sampai di rumah itu malam hari, dan begtu seterusnya. Namun ada yang janggal dari ibu lastri ini, ibu lastri tidak sama sekali merasa kesepian walaupun ada kak ayu namun seharusnya ada sesosok kesatria yaitu seorang laki laki bagi pelindung mereka yang notabene mereka adalah seorang perempuan dan tidak sedik pun merasa sedih bahwa ia tidak memiliki sosok ayah, mungkin ibu lastri sudah terbiasa mungkin.  

Bulan puasa pun akhirnya tiba di tahun ini, puasa pertama yang kita lalui bersama dengan ibu lastri, kami mengawali puasa dengan biasa saja dan ibu lastri juga beraktifitas seperti biasa.  

Namun di akhir bulan puasa atau menuju lebaran ibu lastri memberikan sebuah opor ayam lengkap dengan ketupat yang ia bikin sendiri dan anyam sendiri untuk keluarga kami, dan ibu lastri berkata "ini pertama kali saya membuat opor dan juga lengkap dengan ketupatnya, saya belajar di pasar sambil menunggu pembeli datang" tutur ibu lastri dengan senyum sumringah, opor yang istimewa dan ayu yang mencari bahan bahannya dan saya yang memasaknya, tambahnya.

Sambil berdiri di depan pintu dengan balutan hijab dan juga pakaian berwarna putih dan dengan senyum ikhlas.  Setelah lebaran tiba dan kita belum pernah makan opor ayam sebelumnya karna harganya yang sangat mahal dan harganya juga terus naik setiap tahun, dan kini impian lebaran makan opor pun tercapai karna bu lastri, ini pertama kali kami makan opor ayam lengkap dengan ketupatnya, saat kita mencicipinya ternyata sangat enak dan baru tahu begini rasanya opor ayam itu, dan hari itu kami juga baru mengetahui bahwa ibu lastri adalah seorang umat kristiani.

Ia memasak opor untuk kami yang berlebaran dengan merelakan waktunya untuk belajar membuat opor ayam setiap hari buat kita, kami mengetahui itu semua setelah itu ibu lastri pamitan ke daerah lain karna ayu akan di lamar oleh seoarng laki laki yang berada di kota dan berpapasan dengan ayu yang memakai kalung salibnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun