Mohon tunggu...
Dimas Rahmatullah
Dimas Rahmatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Film dan Musik merupakan hal pokok dalam hidup saya. Dengan menonton film dan mendengarkan musik, membuat saya lebih tenang. Saya adalah mahasiswa Pendidikan Sosiologi, yang membuat saya harus lebih senang membaca untuk mendapatkan informasi terkait fenomena sosial yang sedang terjadi lagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manggarai: Ketika Tawuran Dijadikan Ladang Cuan

1 April 2024   11:39 Diperbarui: 1 April 2024   12:26 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Properti Pribadi Penulis

Tidak ada yang tidak tahu dengan kawasan Manggarai dengan stasiun terbesarnya di Jakarta. Setiap harinya Manggarai dipenuhi dengan ribuan orang, tapi tidak ada yang singgah untuk menetap. Kawasan yang berada di antara Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, membuat fasilitasnya yang terasa elit, tapi tidak dengan orang di dalamnya. 

Kondisi lingkungan yang selalu dihiasi dengan ke-anarkisan setiap harinya, bisa dibilang Manggarai menyembunyikan jejak kriminal terbesar di seluruh Jakarta. Seperti halnya dengan, tawuran remaja yang kerap terjadi di sana.

Dari tawuran antar sekolah, tawuran antar geng, bahkan tawuran antar wilayah juga terjadi di sana. Seolah tawuran sudah menjadi agenda wajib yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. 

Itulah sebab yang membuat Manggarai hanya ramai karena kereta, bukan ramai karena ada yang singgah. Hanya orang asli sana atau orang dengan kondisi tertentu yang memilih untuk tinggal di sana. Hal tersebut juga membuat orang tua harus memperketat pengawasan kepada anaknya untuk menghindari pergaulan di Manggarai yang bisa dibilang suram.

Dalam teori Nativisme yang diungkapkan oleh Arthur Schopenhauer, Nativisme adalah cara seorang pendidik untuk mendidik anak untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya sejak lahir. 

Bisa diartikan bahwa apa yang terjadi dengan remaja di Manggarai adalah apa yang dia bawa sejak lahir. Bahkan orang tua, guru, dan lingkungan tidak bisa membuat mereka lepas dengan potensi yang mereka bawa sejak lahir.

Dengan mereka yang sering ikut tawuran, menandakan bahwa potensi mereka sedari lahir adalah apa yang mereka mampu lakukan saat ini. Memang terasa kasar untuk menyimpulkan ini karena tidak mungkin jika seorang anak yang berpotensi ikut tawuran di masa remajanya sudah menunjukkan sikap tersebut saat bayi dengan melakukan tawuran antar rumah sakit persalinan.

Maka dari itu perlu ada teori tandingan yang diungkapkan oleh John Locke, yaitu teori Tabula Rasa atau teori Empirisme. John Locke mengungkapkan bahwa setiap anak terlahir seperti kertas putih kosong, sehingga perlu bimbingan dari orang tua untuk menjaga selembar kertas putih tetap bersih tanpa ada goresan sedikitpun. Selain orang tua, lingkungan juga berperan penting dalam tumbuh kembang anak mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Jadi, apa yang terjadi dengan remaja di Manggarai adalah cerminan  keluarga dan lingkungan yang terbilang kurang berhasil dalam mengembangkan potensi anak. Remaja-remaja yang ikut tawuran, bisa saja memiliki potensi di bidang lain yang membuat menjadi manusia yang 'lebih berguna'. Orang tua atau keluarga, seharusnya menjadi sarana pendidikan pertama bagi seorang anak untuk mengembangkan potensinya, setelah itu diikuti dengan lingkungan.

Jika melihat lingkungan Manggarai, rasanya menjadi wajar jika orang-orang yang tinggal di sana tidak terlalu peduli dengan tumbuh kembang anak. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari mereka adalah untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Mereka bahkan tidak kepikiran untuk memiliki anak, itu semua terjadi karena kecelakaan yang diakibatkan pergaulan bebas yang marak terjadi di sana.

Segala hal mereka lakukan untuk bisa memiliki uang, dari pekerjaan halal sampai yang terlarang. Bahkan sempat tersebar isu yang berkaitan dengan tawuran yang terjadi dalam tahun 2022 lalu, bukan disebabkan masalah antar kelompok, tapi disebabkan oleh kepentingan antar kelompok, yaitu transaksi 'barang'. Tawuran tersebut dilakukan di terowongan Manggarai, sehingga polisi atau warga tidak dapat mencegah perselisihan tersebut, yang membuat kegiatan perdagangan tersebut bisa berjalan lancar.

Isu ini beredar bukan tanpa sebab, tapi juga dikaitkan dengan kuantitas dari kegiatan tawuran ini. Ditambah dengan tidak adanya korban dari tawuran ini dan hanya berlangsung sesaat. Tawuran akan selalu berlangsung ketika petasan dibunyikan yang menjadi tanda bahwa tawuran akan segera dimulai. Semua tersusun begitu rapih, dengan kesengajaan, yang membuat 'kegiatan' tersebut bisa berjalan dengan mulus.

Tercatat selama tahun 2022 kemarin, sudah terdapat 6 kali tawuran yang terjadi di Manggarai. Lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja yang berbeda dari tahun ini adalah pemicu yang ternyata hanya masalah sepele. Bukan masalah yang besar seperti halnya yang terjadi di tahun sebelumnya. Bermula dari sekelompok remaja yang nongkrong dan meledeki remaja lainnya. Kemudian timbul ketidaksukaan dan berakhir dengan aksi tawuran ini.

Sebelumnya masyarakat sempat melerai pertikaian, tapi karena sudah terlalu sering dan pemilihan lokasi yang terbilang strategis untuk tawuran, membuat warga memilih untuk membiarkan, semakin menambah kejanggalan dari tawuran ini. Apalagi isu jual beli 'barang' di kawasan sana sudah sangat menyebar, terutama di kawasan Berlan yang tidak jauh dari Manggarai.

Dengan beredarnya isu tersebut, membuat tawuran yang terjadi di Manggarai adalah sarana perdagangan agar tidak diketahui polisi. Dengan melibatkan peran aktif dari remaja dan tentunya ada embel-embel uang di dalamnya untuk ikut menciptakan kegaduhan di sekitaran Manggarai. Tidak ada lagi yang mereka inginkan selain uang, jika nyawa adalah satu-satunya hal yang mereka miliki.

Meski begitu, tidak semua warga Manggarai memiliki sifat yang sama. Terutama di dunia ini terlalu sulit untuk membedakan mana yang hitam dan mana yang putih, semua begitu semu untuk dibedakan. Hanya saja, para remaja mebutuhkan masa depan yang gemilang, supaya bisa berguna dimanapun mereka berada. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menjada titipan Tuhan yang entah didapat dengan rencana ataupun didapat karena celaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun