Bahkan caci maki akan tampak di setiap status media sosial dan whatsApp, begitupun di setiap komentar yang membahas hasil pertandingan ini.
Pupus sudah harapan dan kebanggaan serta perjuangan mereka selama berbulan-bulan, begitupun penantian para pecinta sepak bola tanah air yang sudah bermimpi menyaksikan tim kesayangannya berlaga di piala dunia.
Dan fakta berbicara, kita belum layak untuk bersanding dengan tim-tim hebat dunia!
Namun, apakah hasil buruk ini benar-benar menjadi hal terburuk yang akan semakin membuat PSSI terpuruk?
Tentu tidak boleh!
PSSI harus berbenah dengan fokus pada pembinaan, bukan lagi ribut sendiri dengan urusan organisasi serta "mafia" sepak bola, yang bisa jadi "bermain" di dalam kegagalan timnas kali ini.
Bagi yang memahami situasi ini, mungkin akan sepakat dengan saya, meski terkesan ada nuansa ketidakterimaan subyektif yang sangat kental.
Olahraga di era saat ini bukan sekadar berbicara untuk menjaga kebugaran semata, namun ia telah menjadi sarana hiburan yang bisa meredakan stres akibat menjalani rutinitas kehidupan.
Rutinitas yang juga kerap terasa pahit karena adanya aneka kebijakan pemerintah ataupun sikap para pejabatnya, yang terkadang tidak sesuai dengan harapan dari masyarakat.
Dan hari ini, bisa jadi akan menjadi hari berduka dan kekesalan massal bagi orang Indonesia. Harusnya di akhir pekan ini mereka bisa menikmati dengan santai, tapi kekalahan ini pasti akan terus menganggu pikiran seluruh pecinta sepak bola di tanah air.
Membahas bagaimana yang tepat untuk pola pembinaan PSSI serta apakah tim pelatih ini layak dipertahankan atau langsung dipecat saja? rasanya akan menjadi pembahasan terus menerus, entah akan berhenti kapan.