Kolusi adalah kerja sama rahasia antara pihak-pihak berkepentingan, demi keuntungan pribadi, merugikan pihak lain atau publik.
Nepotisme adalah pemberian jabatan atau fasilitas kepada kerabat/teman, bukan karena kapabilitas, tapi karena kedekatan personal.
Dan dalam kasus Silfester, aroma kolusi begitu terasa.
Relasi kuasa antara pelaku dan elite politik membuat hukum seolah lumpuh. Seorang rakyat biasa takkan pernah punya kemewahan seperti ini---dinyatakan bersalah tapi tetap bebas.
Ini bukan rahasia umum lagi. Di warung kopi, kantor desa, hingga ruang keluarga, banyak orang sudah lama tahu: hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Tapi ketika pembiaran ini menjadi rutinitas, maka rasa keadilan masyarakat pun perlahan mati.
Dan itu jauh lebih berbahaya dari sekadar satu kasus.
Opini dan Keresahan Saya
Saya tidak kenal pribadi Silfester, tidak pula terlibat dalam partai atau kekuasaan. Tapi saya warga negara.
Saya kecewa dan marah. Karena ketika hukum gagal, yang rusak bukan hanya sistem, tapi harapan rakyat untuk hidup di negeri yang adil.
Berapa banyak orang biasa yang dipenjara karena kesalahan kecil? Sementara mereka yang dekat dengan kekuasaan bisa lolos begitu saja?
Apakah ini bentuk Indonesia yang ingin diwariskan ke generasi berikutnya?
Jika benar kita ingin melawan KKN, maka keteladanan harus datang dari atas. Kasus ini harus jadi cambuk, bukan ditutupi.