Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Film

Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak

21 Juni 2025   20:31 Diperbarui: 21 Juni 2025   20:43 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak, Sumber: Foto Liputan Dimas Jayadinekat

Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak, Sumber: Foto Liputan Dimas Jayadinekat
Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak, Sumber: Foto Liputan Dimas Jayadinekat
Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak, Sumber: Foto Liputan Dimas Jayadinekat
Membuat Film Budaya dan Budaya Betawi yang Menjadi Ide Besarnya? Mengapa Tidak, Sumber: Foto Liputan Dimas Jayadinekat
Film budaya bukanlah sekadar tontonan, melainkan jendela untuk mengenali jati diri. Terutama bagi bangsa Indonesia yang memiliki beragam buadya dan dalam hal ini fokusnya adalah budaya Betawi yang kerap tersudut di sudut layar.

Film budaya adalah film yang merepresentasikan nilai-nilai, tradisi, bahasa, adat, hingga cara pandang suatu kelompok masyarakat. 

Dalam konteks Indonesia, film budaya menjadi medium penting untuk memperkenalkan, melestarikan, bahkan membentuk persepsi publik terhadap kekayaan budaya Nusantara.

Film sendiri adalah bagian dari budaya. Ia lahir dari imajinasi, nilai, dan sudut pandang masyarakat pada zamannya. 

Setiap adegan, dialog, hingga kostum dalam film mencerminkan cara hidup, kepercayaan, dan aspirasi kolektif sebuah masyarakat. Dalam konteks ini, film bukan hanya menampilkan budaya, tetapi juga merekam dan membentuknya. 

Tak heran jika film sering disebut sebagai cermin sosial, apa yang ada di dalamnya bisa menunjukkan bagaimana suatu masyarakat memandang dirinya sendiri maupun orang lain.

Budaya sendiri merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam budaya Betawi, kita mengenal beragam unsur khas seperti lenong, ondel-ondel, tanjidor, hingga kuliner seperti kerak telor, bir pletok dan soto Betawi. 

Tapi apakah semua ini sudah cukup terwakili dalam film-film kita?

Mengutip dari pernyataan budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, yang mengatakan, "film Betawi jangan yang itu-itu aja." Kalimat ini menjadi kritik yang kuat namun tepat sasaran. 

Hal itu disampaikannya dalam acara diskusi publik dengan tajuk "Jangan Takut Bikin Film Pake Smartphone-Mengenalkan Jakarta Melalui Film, " yang diadakan di JTown, Jl Jatinegara Timur No.60, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu, (21/06/2025).

Diskusi tersebut juga menghadirkan Budi Sumarno selaku Pegiat Perfilman dan Anisa Nastiti, Creative Director Dewan Kesenian Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun