Film budaya adalah film yang merepresentasikan nilai-nilai, tradisi, bahasa, adat, hingga cara pandang suatu kelompok masyarakat.Â
Dalam konteks Indonesia, film budaya menjadi medium penting untuk memperkenalkan, melestarikan, bahkan membentuk persepsi publik terhadap kekayaan budaya Nusantara.
Film sendiri adalah bagian dari budaya. Ia lahir dari imajinasi, nilai, dan sudut pandang masyarakat pada zamannya.Â
Setiap adegan, dialog, hingga kostum dalam film mencerminkan cara hidup, kepercayaan, dan aspirasi kolektif sebuah masyarakat. Dalam konteks ini, film bukan hanya menampilkan budaya, tetapi juga merekam dan membentuknya.Â
Tak heran jika film sering disebut sebagai cermin sosial, apa yang ada di dalamnya bisa menunjukkan bagaimana suatu masyarakat memandang dirinya sendiri maupun orang lain.
Budaya sendiri merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam budaya Betawi, kita mengenal beragam unsur khas seperti lenong, ondel-ondel, tanjidor, hingga kuliner seperti kerak telor, bir pletok dan soto Betawi.Â
Tapi apakah semua ini sudah cukup terwakili dalam film-film kita?
Mengutip dari pernyataan budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, yang mengatakan, "film Betawi jangan yang itu-itu aja." Kalimat ini menjadi kritik yang kuat namun tepat sasaran.Â
Hal itu disampaikannya dalam acara diskusi publik dengan tajuk "Jangan Takut Bikin Film Pake Smartphone-Mengenalkan Jakarta Melalui Film, " yang diadakan di JTown, Jl Jatinegara Timur No.60, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu, (21/06/2025).
Diskusi tersebut juga menghadirkan Budi Sumarno selaku Pegiat Perfilman dan Anisa Nastiti, Creative Director Dewan Kesenian Jakarta.