Ucapan ini sering terdengar seperti candaan, tapi ternyata mengandung kebenaran yang dalam. Dalam Islam, kesedihan yang berlarut-larut bisa menjadi celah setan untuk memperdaya manusia.Â
Dan ternyata tidak hanya itu, dari sudut pandang psikologi dan kesehatan, kesedihan juga terbukti bisa merusak mental dan tubuh.
Kesedihan adalah hal yang manusiawi. Tapi jika dibiarkan terus-menerus, ia bisa membuka pintu pada godaan setan, penyakit, bahkan keputusasaan.Â
Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana Islam memandang kesedihan, serta bagaimana ilmu psikologi dan hormon menjelaskan efeknya, dan solusi nyata agar kita tidak larut di dalamnya.
Kesedihan: Jalan Masuk Setan ke Dalam Hati
Dalam kitab Madarij As-Salikin, ulama besar Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa kesedihan (huzn) adalah salah satu senjata setan yang digunakan untuk melemahkan hati dan semangat seorang hamba.
"Kesedihan itu tidak diperintahkan dalam syariat, tidak dicintai oleh Allah, dan tidak memberi manfaat bagi hati. Kesedihan hanyalah dari setan yang digunakan untuk membuat orang berputus asa dari rahmat Allah."
(Madarij As-Salikin, Ibnul Qayyim)
Al-Qur'an pun memperingatkan bahwa setan bisa menanamkan kesedihan dalam hati orang-orang beriman, seperti dalam ayat berikut:
"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang mukmin berduka cita..."
(QS. Al-Mujadilah: 10)
Demikian juga dalam surat Ali-Imran ayat 139:
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
(QS. Ali-Imran: 139)
Islam tidak menafikan bahwa kesedihan adalah bagian dari fitrah manusia. Namun Islam tidak membenarkan larut dalam kesedihan hingga membuat kita lemah, pasrah, dan kehilangan arah.
Kajian Psikologi: Kesedihan Bisa Merusak Mental
Dikutip dari American Psychological Association (APA), kesedihan yang berlangsung lama dapat memicu gangguan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, bahkan trauma.Â
Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai rumination, yaitu kebiasaan memikirkan masalah secara berulang tanpa solusi.
Menurut Harvard Health Publishing, kesedihan berlarut bisa mengganggu bagian otak seperti amigdala (pengatur emosi) dan hippocampus (pengatur memori).Â
Jika tidak tertangani, hal ini menyebabkan sulit fokus, mudah marah, sulit tidur, dan kehilangan motivasi.
Pengaruh Hormon: Apa yang Terjadi Saat Kita Sedih?
Saat seseorang mengalami kesedihan berat atau stres emosional, tubuhnya menghasilkan hormon kortisol, hormon stres utama.Â
Jika kadar kortisol tinggi dalam waktu lama, akan muncul gejala seperti jantung berdebar, tekanan darah naik, imunitas turun, dan tubuh terasa lelah meskipun tidak banyak aktivitas.
Menurut Cleveland Clinic, kesedihan juga menyebabkan penurunan hormon bahagia seperti serotonin, dopamin, dan oksitosin.Â
Penurunan hormon ini berhubungan langsung dengan perasaan hampa, tidak bersemangat, dan bahkan kehilangan makna hidup.
Dengan kata lain, kesedihan bukan hanya perkara perasaan---ia bisa mengganggu tubuh secara nyata dan sistemik.
Solusi: Jangan Diam, Sibukkan Diri dan Bangkit!
Islam mengajarkan bahwa salah satu cara melawan kesedihan adalah dengan memperbanyak dzikir dan amal shalih. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."
(QS. Ar-Ra'd: 28)
Ibnul Qayyim juga menyarankan agar seorang hamba menyibukkan diri dengan amal, ibadah, dan optimisme, agar kesedihan tidak diberi ruang di hati.
Sementara dari sisi psikologi, para pakar merekomendasikan aktivitas seperti olahraga ringan, aktivitas sosial, dan rutinitas harian untuk memicu produksi hormon bahagia seperti endorfin, serotonin, dan dopamin.
Beberapa cara praktis yang bisa dilakukan:
Menjaga rutinitas harian agar tidak tenggelam dalam overthinking
Menuliskan jurnal syukur setiap hari
Membatasi konsumsi media sosial yang bisa memicu perbandingan hidup
Berkumpul dengan komunitas positif dan produktif
Memperbanyak doa dan istighfar
Kesedihan adalah bagian dari hidup. Tapi larut di dalamnya adalah pilihan. Jangan beri celah bagi setan untuk masuk melalui pintu hati yang sedang lemah.Â
Kuatkan jiwa dengan iman, bangun tubuh dengan gerak, dan rawat pikiran dengan kesadaran bahwa Allah selalu dekat, bahkan di titik terlemah sekalipun. Dan biarkan setan menjauh.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI