Sayang sekali, padahal penonton sekarang justru suka cerita yang berani dan jujur.
Padahal dengan menyelipkan konflik tambahan agar tidak hanya fokus pada "romansa" nya justru akan memperkuat kisah romantis yang sepertinya menjadi tujuan film ini, bukan?
Sinematografi Ciamik: Sulawesi Rasa Surga
Nah, yang paling mencolok dari film ini adalah visual alias sinematografinya. Sutradara dengan visinya yang kemudian diterjemahkan oleh tim sinematografi, berhasil bikin tiap frame seperti foto-foto promosi pariwisata.
Wakatobi, Baubau, laut biru, matahari terbenam, dan suasana kampung digambarkan begitu hidup dan memikat. Sekali lagi, ini seperti iklan pariwisata versi panjang. Tapi enaknya, tak terasa maksa.
Film yang Tulus dan Tetap Patut Ditonton
Komang bukan film sempurna. Ceritanya lambat, konflik pentingnya kurang tergali. Tapi ini film yang tulus. Visualnya indah, aktingnya bagus, dan nuansa kedaerahannya kuat.
Kalau kamu bukan fans Raim Laode, mungkin akan merasa bosan. Tapi kalau kamu bisa menghargai cerita sederhana dengan visual cantik dan nuansa lokal yang kental, film ini tetap layak buat kamu tonton.
Karena semakin banyak penonton yang menyaksikan film seperti ini, semakin besar peluang film-film sejenis bermunculan. Yang mengangkat keindahan Indonesia, konflik lokal, dan budaya kita yang kaya.
Dan siapa tahu, dari film begini, local wisdom kita bisa bersinar di dunia internasional. Sampai hari Sabtu siang, (5/04/2025), dilansir dari instagram @starvisionplus, film ini sudah ditonton 540 orang.
Jadi, kamu udah nonton Film Komang? Setuju atau tidak dengan pendapat saya ini? Atau malah punya pandangan sendiri?