Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah Kelam Dunia Pendidikan Kita, Ketika Guru Akhirnya Menjadi Korban

14 Februari 2025   05:47 Diperbarui: 14 Februari 2025   05:47 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Kelam Dunia Pendidikan Kita, Foto oleh Alex P: pexel.com 

Bagaimana mungkin seorang guru yang berniat mendidik malah harus kehilangan nyawanya di tangan murid sendiri?

Saya semakin sadar bahwa moral bangsa ini sedang mengalami kemunduran yang serius.

Kita semakin terbiasa dengan kekerasan, baik di dunia nyata maupun di media sosial. 

Kita semakin mudah tersulut emosi. Murid tidak lagi memandang guru sebagai sosok yang harus dihormati, melainkan hanya sebagai seseorang yang kebetulan berdiri di depan 

Kisah Kelam Dunia Pendidikan Kita, Foto oleh Alex P: pexel.com 
Kisah Kelam Dunia Pendidikan Kita, Foto oleh Alex P: pexel.com 
kelas.Dikutip dari berbagai penelitian tentang pendidikan, krisis keteladanan adalah akar dari banyak permasalahan sosial. 

Anak-anak kehilangan figur yang bisa mereka teladani. 

Di rumah, orang tua sibuk mencari nafkah. Di sekolah, guru tak lagi punya wewenang untuk mendisiplinkan murid. 

Di masyarakat, figur panutan lebih sering datang dari media sosial---dari orang-orang yang mungkin sama sekali tidak memiliki nilai moral yang baik.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Saya tidak punya jawaban pasti. Tapi satu hal yang jelas, kita harus mulai dari diri sendiri.

Kita harus kembali membangun budaya hormat, bukan hanya di sekolah, tetapi di rumah, di lingkungan, di setiap interaksi sosial. 

Anak-anak harus melihat keteladanan, bukan hanya mendengar nasihat kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun