Mohon tunggu...
Dimas Shanjaya
Dimas Shanjaya Mohon Tunggu... -

Kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sikap Politik Netral

28 Mei 2014   03:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:02 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sikap politik netral yang dipilih oleh partai Demokrat yang diketuai oleh SBY menuai banyak kritikan dan pertanyaan dari pengamat politik mapun media. Ada yang mengatakan bahwa sikap netral dalam politik itu hanya milik TNI/Polri. Ada yang menanyakan mau dibawa kemana partai ini ke depan? Namun demikian sepertinya sikap partai Demokrat, setidaknya sampai saat ini, masih netral sesuai hasil rapimnas medio Mei lalu. Meskipun tenggat waktu (dead line) untuk menjadi partai pengusung salah satu dari dua kandidat presiden sudah berakhir, namun masih ada waktu untuk menjadi partai pendukung salah satu capres sebelum 9 Juli nanti, walau sudah sedikit terlambat.

Kata netral dalam sikap politik netral bermakna tidak berpihak (tidak ikut atau tidak membantu salah satu pihak). Lantas apakah sikap partai Demokrat yang menyerahkan pilihan kepada kader dan pendukungnya dapat dikatakan netral? Jika netral berarti tidak memihak maka seharusnya pimpinan parpol ini meminta kader dan pendukungnya untuk golput alias tidak memilih di pilpres nanti. Seruan untuk golput apalagi dari partai petahana tentu tidak elok bahkan cenderung melawan arus demokrasi karena demokrasi pada hakikatnya adalah mengutamakan peran serta, keterlibatan atau pemberdayaan rakyat dalam pengambilan keputusan.

Lalu salahkan partai Demokrat mengambil posisi netral? Sebagai suatu organisasi politik sikap netral dalam artian tidak memihak atau berkoalisi dengan partai lain tentu sah-sah saja. Namun menjadi agak rancu jika meminta kader dan pendukungnya untuk bersikap netral di satu sisi, namun menyerahkan kepada kader dan pendukungnya untuk memilih sesuai pilihan masing-masing di sisi lain.Netral dan memilih sesuai pilihan masing-masing tentulah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang netral pasti tidak memihak atau tidak memilih salah satu pihak.

Menurut penulis, istilah yang paling tepat untuk sikap para kader dan pendukung partai Demokrat pada pilples nanti bukanlah bersikap netral namun ‘bebas partisipatif’. Mengapa bebas? Mengapa partisipatif? Bebas karena para kader dan pendukungr bebas memilih sesuai dengan preferensinya. Partisipatif artinya turut atau ikut serta dalam proses pemilihan presiden nanti atau tidak golput.

Namun demikian sikap partai Demokrat yang netral ini bisa saja berubah awal Juni nanti setelah pemaparan visi & misi dari calon presiden Prabowo di hadapan pengurus dan kader partai Demokrat. Akankah SBY dan partai Demokrat akan mendukung mendukung Prabowo atau malah mendukung Jokowi? Atau mungkinkah SBY dan partai Demokrat masih bersikap netral sebagai partai dan meminta kadernya ‘bebas partisipatif’? Apapun pilihan SBY dan partai Demokrat kita patut menghargainya. Kemandirian dalam menentukan sikap adalah salah satu ciri kemapanan atau kedewasaan dalam berpolitik. Sikap politik mandiri, bebas, independen, berdaulat, otonom, tidak dapat diintervensi serta tidak tergantung pada pihak lain adalah sikap-sikap politik yang mulia dan terhormat dan oleh karenanya sikap politik yang demikian seyogyanya kita hargai. (dimas.shanjaya)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun