Mohon tunggu...
Dimas PrasetyoWibisono
Dimas PrasetyoWibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - dimaspryo27

Seorang mahasiswa semester akhir, Menyukai Sejarah, Mendekati Filsafat, Mendengarkan New Wave, dan sedikit absurd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Satu Dimensi di Lintasan Modernitas dan Covid-19 (Teori Kritis Herbert Marcuse)

3 Agustus 2021   21:58 Diperbarui: 3 Agustus 2021   22:25 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagaimana Manusia akan keluar dari belenggu teknologi? Menurut Marcuse, sebagai pemikir neo marxis tentu mengandalkan kaum buruh atau proletariat sudah tidak relevan karena sudah masuk ke dalam bagian masyarakat dan perbaikan nasibnya untuk mendiskusikan gaji dan haknya pada pemilik modal. Marcuse berpandangan harus mencari masyarakat baru yang belum teracuni. Sebagai pendobrak dari segala ilusi yang tercipta, yaitu seperti cendekiawan, mahasiswa yang kritis melihat situasi sosial-budaya.

2. Implementasi Teori Sosial Kritis Marcuse

Membahas Implementasi Marcuse, saya akan mencoba menjabarkan terlebih dahulu dari segi historis bagaimana peralihan masyarakat yang menjadi judul pembahasan terjadi. Disamping itu jika berbicara teknologi secara umum kita mengenal masa revolusi industri di inggris saat pabrik-pabrik disana terbantukan dalam masalah produksi melalui alat-alat produksi.

Pengaruh lebih besar terjadi saat berakhirnya perang dunia II, saat itu negara-negara baru merdeka merasa gembira akan berakhirnya situasi perang. Alih-alih terciptanya perdamaian malah menciptakan perebutan kuasa baru yang disebut perang dingin. Secara umum mungkin lebih dikenal perebutan pengaruh antara komunisme dan kapitalisme, hanya jika ditelaah lebih dalam kapitalisme tak membawa serta-merta namanya yaitu kapitalisme tapi menglihbahasakan konsep baru yaitu developmentalism atau yang dikenal pembangunan.

Konsep ini juga diprakrasi oleh IMF dan Bank Dunia yang memperkenalkan sebagai konsep pembangunan semua negara-negara yang ingin maju, tentu menggunakan konsep ini. Dan mulai beralih ke industrialisasi. Saat masuknya masa Orde Baru peralihan ini terjadi Indonesia menuju negara industrialisasi untuk mencapai konsep pembangunan dengan alat-alat canggih berteknologi mutakhir. Karena Indonesia butuh sekali sumber daya manusia yang berarti masyarakat sebagai pengoperasional alat-alat ini dimana teknologi menjadi jalan baru untuk pemenuhan.

Pemenuhan ciri masyarakat satu dimensi yaitu prinsip teknologi saat Proses durasi penghasilan keuntungan untuk memenuhi hasarat dan keuntungan melalui industrialisasi lebih efisien. Dengan mengoperasionalkan alat yang mudah dipelajari akan mendapatkan orientasi uang lebih cepat, dimana uang sebagai alat pemenuhan hasrat dan keinginan. Karena proses produksi karena industrialisasi tadi menciptakan produksi, tidak terbatas produksi tapi juga persaingan (destruktifitas). Di pengaruhi oleh media dalam ekonomi politik komunikasi, yang mungkin tidak akan saya singgung.

Mempengaruhi pola pikir masyarakat disegala penjuru dunia bahwa teknologi membawa arah positif untuk membantu usaha manusia dalam memenuhi hasratnya. Lalu dalam ciri masyarakat satu dimensi selanjutnya produksi dan destruktifitas membuat masyarakat ingin semua bekerja di bidang industrialisasi. Maka jumlah pengangguran meningkat karena merasa mudahnya mendapatkan uang sebagai pemenuhan hasrat dan keinginan. 

Dimana kedua ciri tersebut akan melangkahkan pada ciri yang paling fundamental dimana arah pandanganya diarahkan kepada suatu tujuan, dengan tidak mempertimbangkan sistem dinamis yang lain. Yaitu menjadi manusia bagian dari masyarakat perkotaan, bekerja dikantor dengan gedung besar, dengan alat dukungan beragam teknologi dan mudahnya mendapatkan uang.

Mereka yang terpengaruh oleh teknologi dan terciptanya masyarakat satu dimensi, karena mengensampingkan hal-hal lain. Tidak memperhitungkan akan suatu hal yaitu masalah sisi tradisional yang tidak digerakan  oleh manusia modern dan berasionalitas teknologi itu sendiri dan cukup berdamai dengan kondisi alam saat itu. Karena masyarakat sudah terperangkap dengan seperangkat alat teknologi, ingat apa yang terjadi saat listrik di beberapa wilayah Indonesia mati total pada 4 Agustus 2019? sebagai sumber daya utama yang digerakan teknologi tiba-tiba mengalami kendala. Menjadi lumpuhlah dan ketidakseimbangan dalam sosiologi masyarakat terutama perkotaan yang menggantungkan kehidupannya dengan teknologi dan sumber daya energinya yaitu listrik. Sebagai Homo Sapiens kita kehilangan  sepenuhnya ketrampilan alamiah kita untuk dapat bertahan di Alam karena teknologi.

Lalu pada contoh sumber cadangan terpengaruh karena dampak pandemi covid-19, akibat masyarakat agraris tidak diberikan tempat maupun haknya dengan porsi yang besar. Termasuk dominasi kebaruan teknologi seperti revolusi hijau yang mensubordinasikan kaum perempuan yang membantu dalam bidang pertanian. Kekurangan cadangan pangan, adalah pembuktian pandangan sebelah mata terhadap masyarakat agraris.

Lalu penggusuran lahan-lahan untuk menggenjot pembangunan, infrastruktur adalah prasarana  dan sarana. Perlu diperhitungkan kembali, lahan hidup orang banyak dari yang ikhlas dan berusaha mempertahankan tempat tinggalnya. Setelah jadi infrastruktur tersebut ternyata tidak optimal pada penggunaanya. (baca mengenai Bandara Kertajati yang diwacanakan menjadi bengkel pesawat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun