Dalam parenting tradisional, anak dianggap baik jika patuh kepada orang tua. Sementara itu, anak dalam parenting modern akan dianggap baik jika mampu memahami dan mengelola perilakunya sendiri. Parenting ini mengajarkan agar anak tidak sekadar patuh, tetapi sadar dengan konsekuensi.
4. Nilai Hormat vs Nilai Kesetaraan
Parenting tradisional berfokus agar anak selalu menghormati orang tua tanpa banyak bertanya. Adapun pada parenting modern, rasa hormat tetap penting, tetapi harus didasari dengan pemahaman, bukan ketakutan.
5. Emosi Ditahan vs Emosi Dikenali
Parenting tradisional menganggap bahwa emosi adalah kelemahan. Tidak heran jika anak sering dilarang menangis jika bersedih.
Lain halnya dengan parenting modern yang lebih fleksibel dalam memberikan keleluasaan bagi anak untuk mengekspresikan emosinya. Anak boleh menangis saat sedih atau tertawa saat ada yang menghibur. Orang tua mengajak anak untuk mengenali emosi yang dirasakannya dengan cara sehat.
6. Menggabungkan Keduanya
Meskipun zaman telah berubah, tetapi nilai-nilai baik tetap bisa dijaga. Orang tua di masa kini banyak yang memilih untuk menggabungkan parenting tradisional dengan modern. Mereka tetap tegas layaknya orang tua zaman dulu, tetapi juga dapat lembut dan komunikatif dengan parenting modern.
Gaya parenting tradisional vs modern sama-sama memiliki ciri khas tersendiri. Tujuannya sama, yakni untuk membesarkan anak agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. (DLA)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI